3 Pembunuhan Beringas Saat Hardiknas

Di tengah euforia perayaan Hardiknas, terdengar kabar pembunuhan sadis yang dilakukan mahasiswa UMSU terhadap dosennya.

oleh Yanuar HReza EfendiAndrie Harianto diperbarui 03 Mei 2016, 20:29 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2016, 20:29 WIB
Ilustrasi Pembunuhan
Ilustrasi Pembunuhan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Penampilan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan hari itu berbeda. Ia mengenakan pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon di kepalanya.

Kala itu, Anies menghadiri peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2016 di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Senin 2 Mei 2016. Acara diikuti pegawai Kemendikbud dan perwakilan sekolah-sekolah di Jakarta.

Dalam sambutannya, Anies mengatakan, banyak aspek yang perlu diperbaiki dalam dunia pendidikan. Mulai dari infrastruktur, mutu siswa, hingga kualitas tenaga pendidik. Dia juga menjelaskan pentingnya pendidikan bagi Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi norma dan adat kebudayaan.

 

Di tengah euforia perayaan Hardiknas, terdengar kabar pembunuhan beringas dari kampus di Medan. Mirisnya pelakunya adalah seorang mahasiswa yang korbannya merupakan sang dosen. Aksi sadisnya lantaran sakit hati oleh dosen.

Selain itu, kabar pembunuhan lain yang mewarnai perayaan Hardiknas juga terjadi di kampus UGM Yogyakarta. Seorang mahasiswi di Yogyakarta ditemukan tewas di toilet kampus.

Bagaimana kejadian tersebut? Berikut ulasannya:

Mahasiswa Bunuh Dosen UMSU

Roymardo Sah Siregar, mahasiswa Universitas Muhammadyah Sumatera Utara (UMSU) tega membunuh dosennya sendiri bernama Nurain Lubis pada 2 Mei 2016. Dia membunuh dosen berusia 63 tahun itu lantaran dendam.

"Tersangka memiliki dendam terhadap korban yang sudah terjadi sekitar satu bulanan. Tersangka merasa sakit hati karena korban selalu memarahi tersangka ketika tidak memperhatikan korban mengajar," kata Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, Medan, Selasa (3/5/2016).

Sakit hati tersangka terhadap korban semakin menjadi-jadi ketika korban juga sering mengancam akan memberikan nilai jelek kepada tersangka. Roymardo dinilai tidak serius mengikuti mata kuliah yang diajarkan korban.

"Korban juga selalu memarahi tersangka dan menyuruhnya keluar dari ruangan kuliah apabila tersangka tidak membawa buku dan tidak mengenakan kemeja," terang Mardiaz.

Ia menjelaskan, karena dendam yang sudah terpendam, maka pada Senin 2 Mei 2016 sekitar pukul 08.00 WIB tersangka terbangun dari tidur di tempat tinggalnya di Jalan Tuasan Medan. Dan saat itu, pikiran untuk membunuh sang dosen terlintas dalam benak Roymardo. Dia pun merencanakan untuk menghabisi nyawa sang dosen.

Mahasiswi UGM Diduga Dibunuh

Jasad mahasiswi ditemukan di gedung S2 dan S3 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada (UGM), Senin 2 Mei 2016) malam.

Polisi memastikan jasad itu adalah mahasiswi Program Studi Geofisika FMIPA UGM bernama Feby Kurnia. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Hudit Wahyudi mengatakan, hal itu diketahui dari hasil olah TKP sidik jari dan identitas korban.

Sebelumnya Polda sempat melacak sinyal handphone Feby Kurnia. Setelah dihubungi, yang mengangkat orang berbeda dan setelah itu lantas hilang kontak.

"Memang sebelumnya dilaporkan hilang. Laporannya ke Polsek Mlati. Kamis dilaporkan, Jumat kita bantu melacak yang mengangkat bukan yang bersangkutan," ujar Hudit di lokasi olah TKP, Senin, (2/5/2016) malam.

Hudit menyampaikan pihaknya masih terus berupaya mengungkap kasus ini. Dari beberapa jejak yang ditinggalkan korban, hasil olah TKP, dan identifikasi dugaan sementara Feby Kurnia jadi korban pembunuhan. Sebab, ditemukan seperti bekas jeratan di leher korban.

Turis Tikam Polisi di Bali

Seorang warga negara asing asal Prancis, Amokrane Sabet (44), nekat menikam seorang anggota Polsek Kuta Utara, Denpasar, Bali, Brigadir Anak Agung Putu Sudiarta. Alasannya, warga asing tersebut menolak dideportasi.

Peristiwa itu bermula dari masuknya laporan masyarakat Cangu, Senin 2 Mei 2016. Dalam laporan disebutkan ada warga negara asal Prancis yang kerap berbuat onar di tengah masyarakat.

"Dia sering makan enggak bayar, ganggu istri orang, mengancam turis-turis lainnya," kata Kepala Bidang Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto, kepada Liputan6.com, Senin 2 Mei 2015.

Atas laporan masyarakat itu polisi selalu melayangkan surat panggilan kepada Amokrane Sabet. "Tapi selalu saja dia sobek," kata Hery.

Amokrane Sabet diketahui merupakan atlet olahraga Mix Martial Art (MMA) atau tarung bebas. Izin tinggalnya sudah kedaluwarsa sejak 27 September 2015. Dari catatan keimigrasian, Sabet rupanya cukup sering keluar-masuk Indonesia.

Polisi selanjutnya menggandeng Imigrasi melakukan upaya paksa deportasi. Petugas menjemputnya di vila yang disewa Sabet sebagai tempat tinggal di Cangu. Namun di tengah negosiasi, Sabet naik pitam

"Korban dikejar dan terjatuh, lalu pelaku menusuk delapan kali ke korban," kata Hery.

Melihat korban tersungkur dan tewas di tempat, Sabet tetap berupaya mengejar polisi lainnya. "Namun dihentikan oleh anggota Brimob yang saat itu ikut di pengamanan, dia ditembak dan tewas di tempat," kata Hery.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya