Liputan6.com, Jakarta - Puluhan aktivis dari berbagai elemen berkumpul di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Mereka menggelar aksi simpatik untuk Yuyun, siswi SMP di Bengkulu yang meninggal, akibat kejahatan seksual 14 remaja di bawah umur.
Mereka yang sebelumnya berorasi menentang aksi kejahatan seksual itu, tiba-tiba hening, saat seorang tokoh Katolik, Suster Iren, mengajak mendoakan Yuyun.
Para aktivis pun mengamini doa yang dipimpin Iren. Puluhan wajah yang tadinya terlihat geram, mendadak haru dengan mata berkaca-kaca.
"Yuyun telah kembali ke pangkuan-Mu Tuhan," Suster Iren mengkahiri doanya, Rabu (4/5/2016).
Baca Juga
Aksi damai ini dimulai sekitar pukul 17.30 WIB, yang diawali dengan orasi keresahan dan kecaman terhadap pelaku kejahatan seksual Yuyun.
Dalam aksi simpatik ini, para aktivis menyalakan lilin membentuk kata 'SOS', singkatan dari Save Our Sisters.
Tak hanya menyalakan lilin, mereka juga membunyikan alat tanda bahaya antara lain, kentongan dan pluit, sebagai tanda bahaya kejahatan seksual yang sudah darurat.
Yuyun, siswi SPM 14 tahun di Bengkulu meninggal setelah kejahatan seksual menimpanya, yang dilakukan 14 anak baru gede alias ABG usai menenggak minuman keras.
Setelah meninggal, jenazah Yuyun dibuang ke jurang sedalam 5 meter. Di antara para pelaku, adalah kakak kelas Yuyun di sekolah. Beberapa dari mereka juga diduga masih di bawah umur.