Liputan6.com, Tangerang - Jajaran Satreskrim Polres Kota Tangerang membongkar makam N (8), siswi kelas 3 SD yang tewas diduga dibunuh A (17) siswi SMA di Kabupaten Tangerang, Banten.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Tangerang Komisaris Gunarko mengatakan, pembongkaran makam dilakukan untuk kepentingan penyidikan. Pembongkaran dilakukan Rabu (11/5/2016) sekitar pukul 08.30 WIB.
"Pembongkaran makam ini bagian dari penyelidikan, dan ada dugaan kejanggalan dari keluarga," kata Gunarko, Rabu (11/5/2016).
Gunarko menambahkan, saat ini pihaknya masih menunggu dokter yang akan melakukan autopsi. "Masih nunggu dokter forensiknya dulu," ujar Gunarko.
Baca Juga
Baca Juga
Gara-gara Cabe-Cabean
N ditemukan tewas tenggelam di sumur Keramat, Kampung Ranca Kelapa RT 01/01 Desa Ranca Kelapa, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Selasa 10 Mei 2016.
Awalnya, kematian N yang masih mengenakan seragam sekolah SD tersebut dianggap sebuah kecelakaan. Namun belakangan, keluarga curiga menyusul hilangnya sepasang anting emas milik korban.
"Sepasang anting emasnya tidak ada. Itu baru kami ketahui saat memandikan korban," ungkap Amsir (40) ayah korban.
Berbekal kecurigaan tersebut, polisi kemudian melakukan penyelidikan dan mengamankan seorang pelajar wanita berinisial AM (17). Saat ini, pelaku telah diamankan petugas dan mendekam di sel Polresta Tangerang.
Advertisement
Sakit Hati
Kepada penyidik, AM mengaku sering diejek 'cabe-cabean' dan 'orang miskin' oleh korban dan ibu korban.
"Sakit hati motifnya. Si pelaku ini sering dipanggil cabe-cabean oleh keluarga korban," kata Gunarko.
Selasa pagi, tersangka menjemput korban yang tengah asik main bola bekel di rumahnya. Korban diiming-imingi uang jajan Rp 5.000 agar korban mau ikut dengannya. Korban pun teperdaya dan mengikuti tersangka.
Sesampainya di sumur bekas galian yang tak jauh dari rumah korban, pelaku meminta korban melepaskan anting yang dipakai. Korban menolak. Lalu oleh tersangka, anting tersebut dilepas paksa.
"Setelah itu korban didorong ke sumur galian yang dalamnya 4 meter lebih," kata Gunarko.
Demi menutupi aksi kekerasan anak yang dilakukan tersangka dan seolah-olah terjadi kecelakaan tak sengaja, pelaku kemudian teriak meminta tolong kepada warga.
Nyawa korban pun tidak tertolong akibat tenggelam ke dasar galian. Hingga akhirnya jasad korban dievakuasi oleh warga dan dibawa pulang ke rumahnya.