Liputan6.com, Jakarta - Malam-malam aku sendiriTanpa cintamu lagiHanya satu keyakinankuBintang kan bersinarMenerpa hidupkuBahagia kan datangPenggalan lirik 'Bintang Kehidupan' ini terus tergiang sepanjang hari menyusul kepergian sang maestro. Mengantarkan penyanyi dan juga pencipta lagu senior, Deddy Dores pergi menyusul bintang orbitannya, Nike Ardilla.Serangan jantung mengantarkan Deddy di penghujung usianya, 65 tahun.
Advertisement
Kepergian Sang LegendaMalam itu, Selasa 17 Mei 2016, dia dalam perjalanan pulang dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menuju rumahnya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Hingga tiba-tiba dia merasakan sakit.Kepada sopir taksi yang ditumpanginya, musikus kelahiran Surabaya, Jawa Timur 28 November 1950 itu meminta diantarkan ke tempat dokter di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara."Sebelum meninggal dunia dia minta dibawa ke Kelapa Gading dengan naik taksi. Tapi nggak ketemu, dan langsung dibawa ke Bintaro. Tapi di rumah sakit Bintaro juga paling 15 menit setelah itu wafat," ujar adik Deddy Dores, Yony Dores pada Rabu 18 Mei 2016.
Advertisement
Salah satu legenda musik Indonesia itu pun menutup mata. Tubuhnya yang terbujur kaku lalu disemayamkan di kediamannya di kompleks Kasuari Bintaro Sektor 9.
Yony mengatakan, sang kakak meninggal dunia karena serangan jantung. Diakuinya, Deddy memang memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, menurut Yony, kakaknya itu tidak pernah mengeluhkan penyakitnya.
"Dia mengidap penyakit jantung sejak tahun 80-an, tapi dia jarang ngeluh, tahan banting," tutur Yony.
Namun keluarga bukannya tak merasakan firasat tentang kepergian Deddy. Seperti yang dirasakan Calvin sang putra. Calvin bercerita, tentang sejumlah keanehan yang dia rasakan beberapa hari sebelum ayahanda tercinta mengembuskan napas terakhir. Dia mengku kerap dirundung perasaan gelisah. Hal itu bahkan membuat Calvin sulit memejamkan mata untuk beristirahat. "Sekitar tiga hari ini saya susah tidur," ucap Calvin saat ditemui di kediaman Deddy Dores.Maka Calvin lantas menghubungi sang ibunda, Dagmar Clara Sunardi untuk menceritakan keresahan yang ia alami. Yang mengejutkan, perempuan yang kini berstatus sebagai mantan istri Deddy Dores itu juga mengaku merasakan hal yang sama."Mama juga bilang ke saya takut ada kabar kayak setahun lalu kakek saya meninggal. Ternyata, ada kejadian seperti ini," tutur Calvin.
Tak cuma susah tidur, Calvin juga merasakan perubahan sikap Deddy Dores sebelum berpulang. Sang musikus, kata dia, kerap menitipkan pesan tak terduga kepada dirinya."Papa bilang 'Kamu harus bisa sendiri tanpa papa'. Tapi saya enggak ngeh selama ini. Saya belakangan ini juga nempel papa terus, nyupirin dia, nemenin dia sibuk bolak-balik ke luar kota," ucap dia.Â
Sementara itu, sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Deddy Dores sempat menghubungi Dagmar Clara Sunardi, ibunda Calvin. Kepada mantan istrinya itu dia meminta untuk mengumpulkan semua anaknya. Rupanya, keinginan tersebut menjadi permintaan terakhir penyanyi dan pencipta lagu berusia 66 tahun tersebut."Tiga hari lalu dia SMS saya. Dia bilang minta tolong cari rumah besar di Jakarta. Saya bilang buat apa? Dia jawab pengin kumpulin anak-anak katanya. Tapi saya enggak terlalu respons karena biasanya dia bercanda," ucap Dagmar Clara Sunardi.
"Saya baru ngeh sekarang ini (mendengar permintaan terakhir) pas ternyata dia sudah enggak ada."
Nike Ardilla dan Tangan Dingin Deddy
Selama hidupnya, pria yang identik dengan kacamata hitamnya itu dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu slow rock. Kepopuleran Deddy Dores antara lain didapat ketika merilis album Hilangnya Seorang Gadis. Album yang dirilis pada 1971 itu langsung mengangkat namanya.Pada tahun 90-an, Deddy mengorbitkan salah satu penyanyi muda paling berbakat yang pernah dimiliki Indonesia, yaitu Nike Ardilla. Tak cuma mengorbitkan, Deddy juga menjadi rekan duet sang bintang dalam beberapa lagu. Album Seberkas Sinar (1990) dan Bintang Kehidupan (1992) membuat pamor Nike mencapai puncak.Namun penyanyi muda yang belum genap 20 tahun itu tewas dalam kecelakaan mengenaskan 19 Maret 1995 silam. Semenjak kepergian sang bintang, Deddy Dores mulai jarang muncul di layar kaca.
Namun bukan berarti dia berhenti berkarya. Deddy kembali mengorbitkan bintang baru di dunia musik Tanah Air. Dengan tangan dinginnya, dia 'melahirkan' sosok Nafa Urbach.Perempuan cantik kelahiran 15 Juni 1980 itu disebut-sebut sebagai generasi penerus Nike. Deddy juga membuatkan beberapa lagu untuk Nafa dan mendapat sukses. Lagu-lagu tersebut di antaranya, Bagai Lilin Kecil, Deru Debu, dan Hatiku Bagai Terpenjara.Kerja sama dengan sang legenda menghadirkan banyak kesan di hati Nafa. Apalagi pada masa awal sebelum debut, dia mengaku sempat ditolak oleh Deddy."Kalau kesan-kesan banyak ya, karena aku pernah kerja sama dia. Aku kenal dia sejak umur sembilan tahun. Umur 10 tahun sudah tes vokal, terus ditolak karena suaranya masih kayak kucing," kenang Nafa Urbach di rumah duka.
Meski ditolak, bukan berarti dia dilupakan oleh Deddy. Pada usia 13 tahun, Nafa diminta untuk merekam lagu-lagu milik Nike Ardilla.
Deddy rupanya menyukai karakter suara Nafa Urbach, meski jangkauan vokalnya dianggap tak setinggi Nike Ardilla."Kang Deddy sudah kayak bapakku sendiri sih. Kang Deddy itu cool. Babe yang sok cool kadang, banyak wejangan nasihat, ngomongnya selalu positif," tutur Nafa.Meski era Nike dan Nafa lambat laun berlalu, Deddy tak berdiam diri. Bahkan di saa-saat terakhirnya pun, dia masih bergelut dengan musik.
Deddy diketahui tengah menjalankan promo album duet yang dikerjakannya bersama Ratna Listy. Keduanya terlibat dalam rekaman duet lagu-lagu keroncong dangdut. Ratna Listy dan Deddy Dores juga baru saja meluncurkan single perdana album itu yang berjudul Tresno Zaman SMP.
Telepon untuk Pengagum
Dua pekan sebelum wafat, Deddy Dores menghubungi seorang pengagumnya melalui telepon. Dia adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi."Nomornya tidak saya kenal, tapi pas diangkat dia bilang ini Kang Deddy," kata Bupati Dedi.
Baca Juga
Sang bupati mengakui sejak lama mengagumi karya-karya Deddy Dores. Lagu-lagu yang dilahirkan sang maestro sering didengar sejak Dedi masih duduk di bangku SD hingga SMA.Dalam pembicaraan di telepon itu Deddy Dores mengutarakan keinginannya untuk berkunjung ke Kabupaten Purwakarta melihat taman dan fasilitas publik."Iya beliau bilang mau buat lagu bareng sama saya. Liriknya saya yang bikin, aransemennya beliau. Tapi saya keburu ke Munaslub Golkar, pulang dari sana dapat kabar beliau meninggal," kata Dedi yang merupakan Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu.Dedi menyatakan, telepon dari Deddy Dores itu menjadi pengalaman yang menyentuh. harun"Saya pengagumnya sejak lama, ketika seorang pengagum tiba-tiba ditelepon orang yang dikaguminya itu, tentu sesuatu," ujar Dedi.
Dua pekan sebelum wafat, Deddy Dores menghubungi seorang pengagumnya melalui telepon. Dia adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi."Nomornya tidak saya kenal, tapi pas diangkat dia bilang ini Kang Deddy," kata Bupati Dedi. Sang bupati mengakui sejak lama mengagumi karya-karya Deddy Dores. Lagu-lagu yang dilahirkan sang maestro sering didengar sejak Dedi masih duduk di bangku SD hingga SMA.Dalam pembicaraan di telepon itu Deddy Dores mengutarakan keinginannya untuk berkunjung ke Kabupaten Purwakarta melihat taman dan fasilitas publik."Iya beliau bilang mau buat lagu bareng sama saya. Liriknya saya yang bikin, aransemennya beliau. Tapi saya keburu ke Munaslub Golkar, pulang dari sana dapat kabar beliau meninggal," kata Dedi yang merupakan Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu.Dedi menyatakan, telepon dari Deddy Dores itu menjadi pengalaman yang menyentuh. "Saya pengagumnya sejak lama, ketika seorang pengagum tiba-tiba ditelepon orang yang dikaguminya itu, tentu sesuatu," ujar Dedi.