Liputan6.com, Jakarta - Hari Kebangkitan Nasional yang kerap disingkat menjadi Harkitnas diperingati setiap 20 Mei. Tidak banyak hingar-bingar dari peringatan yang diawali dari berdirinya organisasi pemuda bernama Budi Oetomo pada 1908. Peringatannya tak lebih dari sekadar upacara dan apel pagi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK berharap momen Harkitnas tidak hanya menjadi rutinitas yang diperingati secara seremonial belaka. Kebangkitan nasional, harus menjadi semangat tercapainya kemajuan nasional.
"Jangan kita hanya menghargai Budi Oetomo, setelah itu diam. Kita ingin apa langkah-langkah dalam memperingati Harkitnas. Jadi, hari ini bukan kebangkitan lagi, sudah kemajuan nasional," ujar JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat 20 Mei 2016.
Karena itu, peringatan Harkitnas di masa sekarang harus diubah. Semangat harus ditujukan kepada anak-anak muda Indonesia yang mempunyai karya besar di berbagai bidang.
JK menyayangkan jika Harkitnas hanya ditandai dengan apel bersama. Sedangkan implementasinya tak banyak dirasakan.
Baca Juga
Presiden Jokowi yang sedang melaksanakan kunjungan ke Rusia juga mengucapkan selamat Harkitnas melalui akun twitternya @jokowi. Dia mengatakan, Indonesia sebagai bangsa besar, harus bangkit.
"Sebagai bangsa besar, kita harus bangkit meraih kemajuan, berdiri sejajar dgn bangsa2 lain di dunia. Selamat #HariKebangkitanNasional -Jkw, " demikian isi cuitan melalui twitternya.
Advertisement
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani memperingati Harkitnas di Kaimana, Papua Barat. Puan memperingati Harkitas di Kaimana sekaligus menjadi Acara Puncak Tim Ekspedisi NKRI 2016 Koridor Papua dan Papua Barat.
Puan mengajak seluruh masyarakat untuk terus bekerja sama dan bergotong-royong membangun NKRI. Ia mengutip salah satu pidato Presiden Soekarno tahun 1958, bahwa semua masyarakat harus berani untuk melangkah ke masa depan dan meninggalkan masa lalu.
"Ingat, Kaimana mempunyai legenda tentang burung raksasa. Garuda Kaimana adalah simbol tekad masyarakat Kaimana. Semangat Kaimana sangat penting untuk membangun bangsa ini," tegas Puan.
Bangkit Perbaiki Pelayanan
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memperingati Harkitnas ke-108, bersama ratusan pegawai Kemendagri. Dia mengimbau jajaran nya untuk memiliki jiwa kompetitif, mandiri, inovatif, dan bekerja keras untuk memenangkan persaingan global yang tak bisa terelakkan.
"Mari pangkas segala proses yang pelayanan yang berbelit-belit dan berkepanjangan, tanpa alasan yang jelas. Mari bangun proses-proses yang lebih transparan. Mari berikan layanan tepat waktu sesuai jangka waktu yang telah dijanjikan," kata dia di Lapangan Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7, Jakarta Pusat.
Tjahjo mengingatkan tujuan bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan akan mempertahankan persatuan Tanah Air. Hal inilah yang perlu digaungkan kembali, mengingat dewasa ini banyak tantangan yang mengancam kesatuan RI, baik kemajuan teknologi digital, radikalisme, maupun terorisme.
Dalam upacara peringatan Harkitnas di tempat berbeda, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok juga mengajak pemerintah memangkas perizinan yang masih berbelit.
"Mari kita pangkas perizinan yang berbelit dan menyusahkan warga," ujar Ahok di Lapangan IRTI Monas.
Ahok juga bersikap tegas kepada PNS yang telat mengikuti upacara harkitnas di lapangan IRTI Monas Jakarta. Dia akan memberikan sanksi pada mereka, yakni berupa pemotongan Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).
Bangkit lawan Korupsi
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berharap momen Harkitnas menjadi kebangkitan nasional untuk bebas dari korupsi.
"Kita harus bangkit, memperbaiki diri dari korupsi. Kemudian sesering mungkin kita mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi," kata Ketua KPK Agus Rahardjo di Gedung KPK.
Perbaikan diri, lanjut dia, harus dimulai dari lingkungan yang terkecil. Misalkan di lingkungan KPK. Apalagi gaji pegawai di KPK lebih tinggi dibandingkan instansi lainnya.
Agus mengatakan, masih banyak hal yang harus diperbaiki oleh bangsa ini dalam urusan pemberantasan korupsi. Reformasi birokrasi tidak akan tuntas tanpa peningkatan kesejahteraan PNS. Jangan sampai PNS dituntut kinerja bersih dalam kerjanya, tapi gajinya di bawah standar.
Gubernur DKI Jakarta Ahok juga mengatakan, untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan nasional, yang harus dilakukan oleh anak bangsa saat ini tidak lagi perlu dengan mengangkat senjata atau bertempur melawan penjajah. Cara yang paling tepat salah satunya melawan kejahatan korupsi yang marak saat ini.
"Mewujudkan keadilan sosial, berantas korupsi, pelayanan, dan yang lebih penting lagi, dalam konteks Jakarta saat ini melepaskan orang-orang miskin dari cengkeraman penjahat yang memaksa mereka tinggal di rumah yang tidak layak," Ahok menandaskan.
Ahok juga menyatakan makna Harkitnas adalah bagaimana sebuah bangsa dapat terus bangkit kembali, meski mengalami berbagai gejolak dan berbagai persoalan rumit yang harus dihadapi.
"Kita peringati tiap tahun supaya ingatkan kita, kita memperjuangkan RI ini, memperjuangkan keadilan sosial ini, kita bisa jatuh. Jatuh 7 kali, bangkit 7 kali," ujar Ahok.
Menurut Ahok, meski berkali-kali terjatuh, namun pencapaian untuk bangkit kembali harus lebih tinggi dari pada saat mengalami keterpurukan.
Tapa Bisu
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei ini diperingati berbeda warga Yogyakarta. Puluhan warga dari berbagai lintas agama berkumpul untuk bersama-sama melaksanakan tapa bisu dari Tugu Yogya hingga Pagelaran Keraton.
"Lampah ratri laku topo bisu dari Tugu Jogja sampai Pagelaran Keraton untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional sekaligus untuk mengajukan kepada Tuhan supaya tenteram, damai, rukun, tidak terjadi cakar-cakaran, jadi sarana damai lintas agama, lintas budaya dan lintas bangsa," ujar Romo Yatno, salah satu panitia acara, di Tugu Yogya, Kamis, 19 Mei 2016.
Romo Yatno menerangkan, tapa bisu atau bertapa dengan jalan kaki dalam diam dilakukan sesuai dengan budaya zaman dahulu. Jalan kaki dengan bertapa ini agar doa yang dihajatkan dikabulkan Tuhan. Dengan tapa bisu ini, ia mengharapkan Yogyakarta dapat hidup dengan damai.
"Zaman dulu, orang tua kita kalau berdoa itu diam. Itu justru kerasa sekali. Kalau kita teriak-teriak, maka tidak kerasa sekali kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Romo Yatno.