Cerita Zulkifli Hasan yang Tak Malu Berjualan Jagung Rebus

Saat masih berumur empat tahun, dia harus berjalan kaki sejauh lima kilometer menuju sekolah madrasah di desanya di Lampung Selatan.

oleh Maria Flora diperbarui 12 Jun 2016, 05:54 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2016, 05:54 WIB
20160610-Zulkifli Hasan
Ketua MPR Zulkifli Hasan. (Liputan6.com/Maria Flora)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Tidak banyak yang tahu seperti apa masa kecil seorang Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI yang karib disapa Zulhas. Namun, di hadapan para santri Pondok Pesantren Sukamanah di Tasikmalaya, Jawa Barat, dia sedikit berbagi pahit getir semasa kecilnya dulu.

Zulhas menceritakan bagaimana saat dirinya duduk di bangku kelas satu sebuah madrasah ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar) di desanya di Lampung Selatan, sang ibu memintanya untuk belajar berdagang.

"Anakku, kamu kan laki-laki. Anak laki-laki tidak boleh bergantung pada orang lain. Anak laki-laki harus bisa mengikuti keluarganya dan saudara-saudaranya," ungkap Zulhas menirukan ucapan sang ibu dalam Safari Ramadan yang mengusung tema 4 Pilar MPR RI, Sabtu (11/6/2016).

Sebagai anak yang patuh kepada orangtua, dia kemudian mulai berjualan. Dia tak merasa malu berjualan jagung rebus dan es balok yang dibuat sendiri.

"Zaman dulu nggak ada uang. Tukarnya kopi, telur, cengkeh. Kalau hari libur, kopi dan cengkeh saya bawa ke pasar. Kita jual untuk mendapatkan uang," papar Ketua Umum DPP PAN ini.

Jalan Kaki 10 Kilometer

Zulhas juga bercerita, saat masih berumur empat tahun, dia harus berjalan kaki sejauh lima kilometer menuju sekolah di desanya. Tidak hanya saat berangkat, jarak yang sama juga harus ditempuh saat pulang sekolah. Total perjalanan pulang dan pergi sejauh 10 kilometer.

Tidak hanya itu, mantan Menteri Kehutanan ini juga harus menempuh jarak hingga belasan kilometer hanya untuk belajar mengaji.

"Saya diminta Ibu untuk pergi mengaji. Pergi jaraknya tujuh kilo, pulang ngaji jarak yang harus ditempuh juga tujuh kilo," papar Zulhas.

Tidak hanya soal jarak, kondisi jalanan di desanya kala itu juga masih tanah. Tapi, karena dorongan sang ibu yang mengatakan di tempat itu ada guru yang bagus untuk belajar mengaji, Zulhas kecil pun berangkat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya