Ahok, Profesor Muslim, dan Undangan Makan Siang di Bulan Ramadan

Baik yang berpuasa dan tidak berpuasa harus selalu saling menghormati.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 13 Jun 2016, 11:25 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2016, 11:25 WIB
20160609- Gaya Ahok Saat Buka Puasa Bareng Partai Nasdem-Jakarta- Johan Tallo
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (tengah) saat menghadiri acara buka puasa bersama Partai Nasdem, Jakarta, Kamis (9/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok punya cerita mengenai indahnya sebuah toleransi. Yaitu ketika dia diundang seorang profesor Muslim dan dipersilakan makan siang meski itu di bulan Ramadan.

"Kemarin siang makan sama profesor-profesor, itu beberapa profesor itu puasa. Tuan rumahnya puasa, lalu saya yang tidak puasa disediakan makan. Ini profesor-profesor loh, kanan lagi puasa, ini depan saya puasa," cerita Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (13/6/2016).

Menurut Ahok, sikap para profesor yang mempersilakannya makan siang, justru sebagai sikap untuk menghormati orang-orang yang tidak berpuasa.

"Justru kami menghormati yang tidak puasa. Dia bilang, yang puasa dapat pahala, kok. Nah, ini Islam Ramadan, Islam Nusantara nih. Dia ngomong gitu loh kemarin kejadiannya," kata Ahok.

Terkait kejadian Saeni yang warung nasinya dirazia petugas Satpol PP di Serang, Banten, Rabu, 8 Juni 2016, Ahok menjamin "tragedi" tersebut tidak akan terjadi di Ibu Kota Jakarta.

"Enggak ada razia, enggak ada perda," ujar Ahok.

Menurut mantan Bupati Belitung Timur itu, perda tersebut lebih baik diusulkan kepada Mendagri agar dicabut.

"Kamu tanya Mendagri, cabut perdanya," kata Ahok.

Akibat razia yang sebelumnya tidak memberikan peringatan atau teguran tersebut, Saeni sempat mengalami sakit dan lemas. "Kemarin sempat sakit, kaget Satpol PP mengangkut dagangan. Saya mikirin, nangis enggak berhenti-berhenti," ujar Saeni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya