Liputan6.com, Jakarta - Situs bersejarah di kawasan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, yakni Makam Pangeran Jayakarta, erat kaitannya dengan Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta. Sebab, tempat peristirahatan terakhir bangsawan Banten yang pernah dirahasiakan hingga kurun waktu tiga abad itu, baru dibuka dan diumumkan bertepatan dengan HUT DKI pada 1965.
Makam Pahlawan Jakarta ini berani diungkap saat Gubernur Henk Ngantung menjabat dan setelah Belanda pergi.
Pangeran Jayakarta memiliki andil besar dalam perjuangan mengusir Belanda dari tanah Ibu Kota. Sang Pangeran awalnya berhasil mengusir Jan Pieterszoon Coen dan tentara VOC dari Jakarta yang saat itu bernama Jayakarta.
Namun, Belanda tidak menyerah. Bangsa penjajah dari Eropa itu kembali dengan bala bantuan tentara mereka di Ambon dan berhasil merebut Jayakarta. Tak ketinggalan, mereka mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia.
Terdesak, Pangeran yang juga dikenal dengan Achmad Djakerta dan pasukannya itu bergerak mundur.
Ada cerita yang menyebutkan, Pangeran Jayakarta akhirnya gugur dalam pertempuran itu. Namun, ada pula kisah yang mengatakan, sang Pangeran berhasil lolos dari maut.
Salah satu sejarah menyebutkan, saat itu situasi tidak memungkinkan bagi Pangeran Jayakarta untuk kembali. Akhirnya dia dan pasukannya memutuskan untuk berjalan terus hingga sampai pada sebuah hutan jati di tepi Kali Sunter. Kemudian daerah itu dikenal dengan Jatinegara Kaum.
Pangeran Jayakarta pun membangun masjid di sana pada 1620. Tujuannya, untuk menggalang kekuatan dan kembali menghajar tentara penjajah. Masjid itu diberi nama Masjid Assalafiah.
Sejarah terus berjalan hingga akhirnya sang pejuang Jakarta dimakamkan di samping masjid yang didirikannya, pada 1940.
Disambangi Pejabat
Relawan sekaligus pengurus Masjid Assalafiah, Ali Zulfikar, mengatakan perjuangan Pangeran Jayakarta dalam mempertahankan Jakarta menjadi teladan bagi para pemimpin, terutama kepala daerah DKI Jakarta.
"Setiap 22 Juni tepatnya HUT Kota Jakarta, Gubernur DKI itu dulu selalu datang ke makam untuk berziarah, beserta rombongan," tutur Ali di Makam Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Rabu (22/6/2016).
Ali yang sudah berada di kawasan makam sejak 2005 mengaku, dulu sering menjumpai pejabat yang datang jelang HUT DKI. Namun saat ini, entah mengapa belum ada satu pun pejabat yang datang berziarah.
"HUT DKI sekarang malah belum ada ini yang dateng. Mungkin saya yang nggak kenal, tapi setahu saya malah belum ada. Terakhir itu, awal sebelum puasa, Pak Wali Kota dateng (Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana)," ujar dia.
Tapi pria 39 tahun itu tidak mau berprasangka buruk. Bisa saja, kata dia, para pejabat saat ini terlampau sibuk sehingga lupa berziarah. Atau juga karena hujan deras yang terus mengguyur Jakarta, Selasa 21 Juni 2016, menghambat perjalanan mereka.
"Sibuk mungkin. Biasanya dari tahun lalu itu malam sebelum 22 ramai banget di sini. Ada yang sampai menginap juga. Sampai malam 23," kata Ali.
"Terakhir yang saya tahu pas HUT Jakarta 22 Juni itu, Gubernur Pak Fauzi Bowo yang datang. Gubernur setelahnya belum pernah datang pas HUT Jakarta," kata dia.
Pantauan Liputan6.com, sejak siang hari terhitung hanya ada enam peziarah yang berdoa di sekitar makam. Mereka menyempatkan diri setelah berjemaah salat Zuhur di Masjid Assalafiah.
Seorang peziarah, Ahmad Zia (23), mengatakan ingat dengan HUT DKI yang jatuh pada 22 Juni.
"Tadi ada urusan di Rawamangun. Saya sempatkan aja mampir ke sini. Mau berdoa aja. Tadi memang sudah niatkan. Enggak berarti datang tiap HUT Jakarta," kata Zia di halaman Makam Pangeran Jayakarta.
Dia mengaku saat ini memang sepi peziarah dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Seingat saya Juni tahun lalu sempat ke sini juga. Itu ramai tapi sekarang sepi. Mungkin musiman kali ya," kata dia.
Advertisement