Liputan6.com, Jakarta - Relawan TemanAhok dikejutkan dengan pernyataan lima rekannya, melalui konferensi pers pagi tadi ‎di restoran kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam konferensi tersebut, lima mantan relawan TemanAhok itu mempertanyakan satu juta KTP yang terkumpul dan dana yang dimiliki pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Memang betul‎ mereka pernah gabung dengan TemanAhok. Tapi tiga dari lima orang itu sudah kita keluarkan dari tim relawan TemanAhok," ujar juru bicara TemanAhok, Amalia Ayuningtyas, ‎di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (22/6/2016).
‎Tiga orang tersebut, kata Amalia, sudah lama dikeluarkan dari tim relawan, lantaran terbukti mengumpulkan KTP 'bodong'. Sementara, dua lainnya baru dikeluarkan dari tim TemanAhok tadi pagi.
"Yang dua lagi baru kita keluarkan tadi pagi. Mereka juga sudah pernah kami beri SP (surat peringatan) juga, karena mengumpulkan KTP bermasalah," papar dia.
Sementara, seorang pendiri TemanAhok, Singgih Widiyast‎ono, mengatakan lima orang yang melakukan konferensi pers pagi tadi tak banyak tahu soal TemanAhok.
"Mereka tidak banyak tahu di internal kami, karena bukan pengurus inti. Mereka juga ketahuan melanggar dan tidak tahu perkembangan," tegas Singgih.
Barisan Sakit Hati
Singgih curiga, lima mantan relawan TemanAhok itu merupakan barisan sakit hati, yang dipolitisasi kelompok tertentu.
Hal itu terbukti dari perkataan seorang politikus yang menyebutkan, bakal ada berita besar soal TemanAhok dalam 14 jam ke depan, pada Selasa 21 Juni malam. Namun Singgih tak menyebut siapa politikus itu.
"Semalam saya kutip pernyataan dari politisi di DPR, dia bilang bahwa dalam waktu 14 jam ke depan akan ada kabar baru dari TemanAhok," ucap Singgih.
Terbukti, sekitar pukul 10.00 WIB, sejumlah orang yang mengaku mantan relawan TemanAhok, menggelar konferensi pers bertema, 'Satu Juta KTP Fakta atau Dusta? TemanAhok Relawan atau Karyawan? Dan Uang yang Dihabiskan Rp 2,5 ‎Miliar atau Rp 12 Miliar?'.
Singgih curiga, pernyataan lima mantan relawan TemanAhok itu ditunggangi kepentingan kelompok tertentu.
Apalagi, kata Singgih, ada dua relawan TemanAhok yang mengaku sempat diintimidasi ormas, yang diindikasikan memiliki afiliasi dengan partai politik. Namun dia tak menyebut identitas ormas itu.
"Tadi pagi sebelum ada konpers, dua orang koordinator posko tergopoh-gopoh ke markas ketemu saya dan Amalia. Dia mengaku terima ancaman dari ormas yang dulu jalan bareng ketika Jokowi-Ahok. Ormas itu di bawah parpol," beber dia.
Advertisement
Gerakan Ormas
Menurut relawan itu, kata Singgih, memang ada sebuah gerakan dari ormas untuk mengumpulkan orang yang tersingkir dari TemanAhok, dan memfasilitasi untuk membuat keterangan pers.
Para eks relawan TemanAhok itu kemudian mengeluarkan keterangan, yang sebelumnya diduga telah ‎dibuat ormas tersebut.
"Jadi koordinator posko ditelepon dua hari lalu untuk beri keterangan, untuk menyebutkan dana anggaran yang diterima dari TemanAhok. Mereka harus datang menggunakan seragam TemanAhok. Kami akui itu seragam kami untuk rekrut KTP," jelas Singgih.
Namun dua orang tersebut memilih ‎kabur dari tempat konferensi pers yang ada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Dua relawan itu mencari perlindungan di markas TemanAhok di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Tadi dia baru saja ditelepon lagi, bahwa rumahnya sudah ditunggu dan diancam. Tindakan intimidasi ini sangat kami sayangkan. Jadi intinya, tadi pagi konpers itu bukan dari TemanAhok, tapi barisan sakit hati," pungkas Singgih.