Penyebab Permukaan Jalan Pantura Jadi Langganan Rusak

Kemenpupera mendirikan posko untuk memperbaiki kondisi jalan agar tak mengganggu kenyamanan pemudik.

oleh Audrey Santoso diperbarui 28 Jun 2016, 07:20 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2016, 07:20 WIB
Jalur Pantura
Kendaraan yang lalu lalang di jalan sepanjang 298 kilometer itu, mayoritas sepeda motor dan truk besar.

Liputan6.com, Jakarta - Jalur Pantura sering dijumpai dalam keadaan rusak, berlubang, dan bergelombang. Untuk mengantisipasi kerusakan jalan yang lebih parah dan kecelakaan lalu lintas di momen mudik 2016, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) mendirikan posko untuk memperbaiki kondisi jalan agar tak mengganggu kenyamanan pemudik berkendara.

Selain itu petugas posko juga bertugas memberikan info kondisi jalan kepada pemudik.

"Kita dirikan posko supaya setiap ruas (ada) penanganan jalannya. Ada posko untuk info pemudik," kata Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Wilayah I Jawa Barat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN IV) Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU Pera) T Yuliansyah di Subang, Jawa Barat, Jumat, 24 Juni 2016.

Yuliansyah menyatakan, jalan yang rusak biasanya berada di tanah yang rendah. Ditambah lagi kualitas struktur jalannya tak sesuai standar jalan nasional, sehingga saat musim penghujan permukaan jalan berlubang atau retak.

"Laju kerusakan masih dijumpai, terutama dalam musim penghujan. Kenapa (jalan) Pantura rusak? Karena ada di daerah rendah, di mana struktur jalannya dijumpai banyak (yang) tidak standar jadi banyak rekonstruksi," ujar dia.

Penyebab lainnya, karena struktur tanah yang lunak sementara beban di atas permukaan tanahnya berat. Akibatnya material halus seperti aspal mudah menonjol dan mengakibatkan retak atau gelombang.

Teknologi Daur Ulang

"Memang dua tahun sebelumnya sempat menerapkan teknologi daur ulang, tahun ke depan akan dicoba lagi. Jalan ini cukup didaur ulang karena cukup tebal (lapisan materialnya)."

"Tanah dasarnya soft, beban atas besar, sehingga material halus mudah naik ke atas, makanya kondisinya mudah rusak," Yuliansyah menambahkan.

Yuliansyah mengatakan, perbaikan jalan terkendala internal, yaitu beberapa kontraktor rekanan Kemenpupera tak memiliki kompetensi untuk menangani bentang jalan dengan jarak kilometer yang panjang.

"Kontrak rata-rata per 100 kilometer. Mereka harus me-maintenance (pemeliharaan) setiap hari."

Saat ini, Kemenpupera sedang merevitalisasi permukaan jalan sepanjang 21 km dari panjang keseluruhan jalan Pantura bagian Jawa Barat, 298 km. Perbaikan itu bersifat menyeluruh, yaitu jalan yang rusak akibat permukaan tanah rendah, diberi lapisan beton.

"Daerah rendah dan setengah rusak kita tingkatkan dengan pembetonan. Pembetonan masih dipilih karena beban (jalan) yang tinggi. Kalau hanya aspal usia teramat pendek," jelas Yuliansyah.

Dia menuturkan, pihaknya juga telah mengambil langkah antisipatif menghadapi ancaman banjir kala hujan lebat turun. Petugas dan anggota Komisi V DPR RI sudah turun memeriksa kondisi gorong-gorong yang berada di tengah bawah jalan, dan melakukan pelebaran.

"Ini supaya air balance sisi selatan dan utara," Yuliansyah menandaskan.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya