Sekolah di Sragen Tanggapi Tuduhan Jaringan Fethullah Gulen

Saat menjalin kerja sama dengan Pasiad diakuinya memang ada sejumlah ekspatriat Turki yang ikut aktif mengajar di sekolah ini.

oleh Fajar Abrori diperbarui 29 Jul 2016, 21:03 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2016, 21:03 WIB
20160729-Fethullah
Suasana sekolah di Sragen yang dituduh dalam jaringan Fethullah Guden.

Liputan6.com, Solo - Pemerintah Turki menyebutkan ada sembilan lembaga pendidikan di Indonesia yang terkait dengan jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO).

FETO merupakan sebutan Pemerintah Turki untuk para pengikut Fethullah Gulen, seorang ulama yang dituding Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer di Turki, beberapa waktu lalu.

Salah satu sekolah yang dituduh berafiliasi ke tokoh penggerak kudeta Turki, Fethullah Gulen adalah Sragen Bilingual Boarding School (SBBS). Sekolah yang memiliki jenjang SMP-SMA itu berdiri di atas lahan seluas 7 hektare di Gemolong, Sragen.

Sekolah itu mulai berdiri sejak 2008 lalu yang merupakan hasil kerja sama antara Pemda Sragen dengan sebuah NGO asal Turki bernama Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (Pasiad).

"Terus terang kami kaget dan tidak tahu ketika asosiasi Pasiad itu dalam rilis yang dikeluarkan Kedutaan Besar Turki itu termasuk dalam jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO)," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SBBS, Ari Mayang ketika ditemui di ruang guru SBBS, Gemolong, Sragen, Jumat (29/7/2016).

Meski SBBS dikaitkan dengan FETO, Ari menegaskan sejak akhir November 2015 lalu telah memutuskan hubungan kerja sama dengan Pasiad karena yang bersangkutan tidak bisa memenuhi persyaratan administrasi yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri.

"Karena tidak memenuhi persyaratan itu sehingga dianggap melakukan pelanggaran serius. Dengan demikian, mulai November 2015 lalu jalinan kerja sama dan aktivitasnya di SBBS telah diputus," ucap dia.

Saat menjalin kerja sama dengan Pasiad diakuinya memang ada sejumlah ekspatriat Turki yang ikut aktif mengajar di sekolah ini. Mereka dipekerjakan untuk mengajar sejumlah mata studi.

"Saat para pengajar dari Turki itu mengajar di sini, mereka juga membawa buku-buku yang ada namanya Fethullah Gulen. Tapi sepanjang yang kami tahu, mereka itu orangnya baik dan tidak sampai mengajarkan ajaran terorisme," kata Ari.

Dia menjelaskan sejak izin Pasiad dicabut, selanjutnya mereka merekomendasikan untuk menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan asing dengan menunjuk sebuah lembaga pendidikan di Australia, Amity College.

"Sejak kerja sama berakhir dengan Pasiad, kemudian kerja sama dengan Amity yang ternyata sekolah Turki di Australia," ucap dia.

Meski sudah berganti kerja sama dengan Amity, lembaga tersebut juga disebut sama seperti Pasiad. Hal itu terungkap saat Kemendikbud mengunjungi sekolah.

"Mereka menjelaskan jika Amity itu sama dengan Pasiad. Terus pihak kementerian sejak tahun lalu juga mulai mengetahui jika lembaga ini bermasalah dengan pemerintah Turki," ungkap Ari.

Untuk itu, lanjut dia, pihak Kemendikbud menyarankan agar sekolah-sekolah di Indonesia seperti halnya SBBS di Sragen tidak menjalin kerja sama dengan lembaga tersebut. Akhirnya pada Juni 2016 sudah tidak melakukan kerja sama dengan Amity College.

"Dengan tidak adanya kerja sama lagi, kami tidak masalah karena kita sekolah negeri. Tetapi ke depannya akan menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan asing lainnya, mungkin Cambridge maupun lainnya yang sesuai saran dari kementerian," jelas Ari.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya