Kerusuhan di Tanjungbalai, Ini Kata Ketua Umum PBNU

Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, setiap konflik yang terjadi akibat akumulasi problem sosial.

oleh Zainul Arifin diperbarui 31 Jul 2016, 20:20 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2016, 20:20 WIB
Said Aqil
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pendapat Nahdlatul Ulama soal rencana pembuatan Undang-Undang Pengampunan Pajak.

Liputan6.com, Malang - Kerusuhan sosial yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, bisa diminimalisir jika komunikasi antarumat beragama sering dilakukan. Namun pertemuan antartokoh dan masyarakat lintas agama itu selalu berlangsung usai konflik terjadi.

Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, setiap konflik yang terjadi itu adalah akibat dari akumulasi problem sosial, baik itu dari kesenjangan ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

"Sebenarnya kita harus bisa mengantisipasi sebelum terjadi konflik, bukan ketika sudah terjadi," ujar Said saat hadir di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (31/7/2016).

Bentuk antisipasi itu bisa melibatkan komunitas antaragama, antarawarga pendatang dan suku asli setempat. Yaitu dengan menggelar komunikasi bersama, bakti sosial bersama, dan kegiatan lainnya. Sehingga komunikasi antara semua pihak dapat terjalin dengan baik hingga menekan potensi konflik.

"Bukan seperti sekarang ini, begitu terjadi konflik kita beramai-ramai bikin pertemuan antaragama dan masyarakat. Seharusnya ya sebelum itu terjadi," ungkap Said.

Ia mengimbau semua pihak di Nusantara untuk lebih sering membuat kegiatan sosial antaragama. Ini sekaligus menjadi solusi utama mencegah terjadinya konflik sosial yang kembali terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

"Solusi paling utama ya kegiatan yang melibatkan semua komunitas sebelum terjadi konflik," ujar Said Aqil Siradj.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya