Liputan6.com, Jakarta - POlri memperpanjang operasi pengejaran kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah. Sejatinya operasi yang bernama Tinombala telah habis pada 8 Agustus 2016 lalu.
"Operasi Tinombala diperpanjang. Kan ada penambahan (pasukan) lagi ya," kata Boy di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (10/8/2016).
Menurut Boy, rotasi pasukan telah dilakukan. Yang mana, personel yang lama akan digantikan dengan yang baru.
Advertisement
"Iya sudah ada pergantian anggota yang juga melibatkan beberapa personil dari daerah-daerah lain ya. Yang lama juga sudah dipulangkan," ucap Boy.
Total personel yang dirotasi sebanyak 3.000-an yang terdiri dari anggota Brimob dan TNI.
"Kan kalau personel keseluruhannya itu ada sekitar 3.000 di mana masing-masing daerah itu ada satuan-satuan dari Brimob yang dilibatkan dalam Satgas Tinombala di sana," ucap Boy.
Sejauh ini, pasukan Satgas Tinombala berhasil menembak mati pimpinan teroris MIT Santoso alias Abu Wardah dan rekannya Muchtar alias Kahar di wilayah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah.
Kendati demikian, pascatewasnya dua orang itu, ada tiga anggota MIT yang menyerahkan diri kepada petugas Satgas Operasi Tinombala yaitu istri kedua Santoso Jumiatun Muslim alias Umi Delima.
Kemudian, dua anggota lainnya yang menyusul menyerahkan diri ialah, Jumri alias Tamar Hari yang menyerahkan diri melalui Badan Intelijen Negara (BIN), Jumat, 5 Agustus 2016. Serta, Salman alias Opik menyerahkan diri kepada aparat Satgas Tinombala Tamanjeka, Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, Minggu, 7 Agustus 2016.
Operasi Teritorial TNI AD
Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono membenarkan Operasi Tinombala berlanjut. Operasi terutama untuk memburu sisa anggota kelompok teroris MIT atau mantan anak buah Santoso.
Menurut KSAD, perpanjangan Operasi Tinombala disebabkan karena masih adanya beberapa sisa anggota Santoso yang diyakini berkeliaran di sekitar pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah.
"Operasi (Tinombala 2016) jangan dihentikan dong," ucap Mulyono yang ditemui saat acara bersama sejumlah pemimpin redaksi di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Rabu (10/8/2016).
Mulyono mengatakan, pasukan TNI AD meluncurkan strategi operasi lain selain Tinombala. Yaitu, operasi teritorial yang tujuan utamanya adalah membujuk dan mengimbau sisa-sisa anak buah Santoso. Terutama, agar mau dengan sukarela menyerahkan diri kepada pihak kepolisian.
Membujuk Turun Gunung
"Membujuk kan bukan artinya memberhentikan. Membujuk kan kita ada operasi lain, ada operasi teritorial, gunanya untuk mengimbau dan menyampaikan kepada mereka, 'Ayo turun, ayo turun! Keluargamu sudah menunggu'. Nah, seperti itu metode yang kita siapkan," Mulyono menerangkan.
Besar harapan Mulyono, dengan tanpa paksaan dan proses pengejaran, anggota sisa gembong teroris Santoso dapat segera tertangkap.
"Kalau turun (dari gunung) ya lebih bagus. Engak usah kejar-kejaran di hutan. Harapan kita kan sebenarnya enggak usah lah kita kejar-kejar di hutan," ia menambahkan.
Kendati demikian, menurut Mulyono, kasus teroris Poso ini tetap ditindaklanjuti sesuai proses hukum yang berlaku di Indonesia. Masalah mengenai pengampunan, peringanan hukuman, semuanya akan didiskusikan lebih lanjut berdasarkan peraturan perundangan-undangan.
"Masalah pengampunan dan sebagainya, itu kan proses hukum, tergantung hasilnya nanti. Apakah akan diampuni atau tidak, tergantung proses hukum. Tapi tetap proses hukum sedang berjalan," Mulyono menekankan.
Guna membantu proses pencarian anggota Santoso yang tersisa, pihak TNI pun sudah menyiapkan dua batalyon, begitu juga dengan pelatihan-pelatihan terhadap prajurit-prajuritnya.
"Kita kemarin sudah melatih berapa ribu prajurit dan juga sudah kita siapkan dua batalyon lagi. Tinggal tunggu perintah saja, kalau diminta untuk diberangkatkan, kita berangkatkan," Mulyono menjelaskan.
Rencananya, Operasi Tinombala 2016 yang semula berakhir pada 8 Mei 2016 akan diperpanjang hingga akhir Oktober mendatang. (Winda Prisilia)
Advertisement