Liputan6.com, Madinah - Tim katering daerah kerja (Daker) Madinah mengunjungi Ahmadi Katering, satu di antara perusahaan katering yang menyediakan makanan untuk para jemaah haji asal Indonesia di Madinah. Di tempat tersebut, tim katering menyaksikan semua tahapan, mulai proses memasak hingga mengemas makanan yang siap disajikan kepada para jemaah haji.
Dalam dapur "raksasa" ini terdapat puluhan pekerja yang mayoritas berasal dari Tanah Air. Mereka bekerja tanpa henti untuk menyediakan makanan para jemaah yang tersebar di sejumlah hotel.
Ahmadi Katering telah mendapat amanat dari pemerintah RI menyediakan makanan 15.000 boks, untuk makan siang dan malam. Menu harian yang bercita rasa Nusantara ini juga sudah ditentukan.
Advertisement
"Di sini makanannya nonkolesterol, juga penggunaan MSG dikurangi," ujar Manajer Ahmadi Katering, Muhammad, kepada Liputan6.com di Madinah, Kamis, 18 Agustus 2016.
Meski cukup luas dapur tersebut, kebersihan tetap terjaga. Sejumlah wajan dan kompor super besar terlihat berderet di dapur tersebut.
Usai meninjau dapur "raksasa" tersebut, tim meninjau ruang pengemasan makanan. Di ruang berukuran sekitar 8X10 meter itu, puluhan pekerja mengenakan masker dan sarung tangan. Mereka berbaris rapi di samping meja yang berjalan.
Para pekerja di ruangan ini umumnya masih muda. Tangan mereka cekatan saat memasukkan nasi ke dalam nampan plastik. Sebagian lainnya memasukkan sayuran, hingga mengemas makanan dengan karton bertuliskan "Makan Siang".
Nampan yang sudah penuh dan tertutup segel tersebut, dimasukkan ke lemari pemanas berbentuk kotak setinggi dua meter dengan lebar sisi sekitar satu meter. Nantinya, makanan tersebut dibagikan kepada para jemaah di setiap pemondokan jemaah.
Menu Nusantara
Untuk menyediakan makanan bagi para jemaah haji selama delapan hari di Madinah, pemerintah RI telah bekerja sama dengan 11 perusahaan katering.
Perusahaan pun harus memenuhi sejumlah persyaratan. Di antaranya harus memiliki izin dari pemerintah Arab Saudi dan memiliki ISO standar kualitas makanan dan dapur.
Menu makanan jemaah haji pun sudah ditentukan berdasarkan proses pembahasan panjang dari berbagai instansi pemerintahan Indonesia.
"Menu itu kan sudah diseminarkan dan sudah dikonsultasikan dari Kementerian Kesehatan, ahli gizi dari rumah sakit, ditambah dari konsultan STP (sekolah tinggi pariwisata)," kata Kepala Seksi Katering Daker Madinah Ahmad Abdullah.
"Kita ingin membuat selera menunya itu taste Indonesia, bukan taste dari daerah," sambung Ahmad.
Standar pertama dalam penentuan menu adalah tidak mudah basi dan tidak membosankan bagi jemaah. Selain itu, menu tersebut juga dibuat seragam.
Bila ada perusahaan katering yang tidak sesuai dengan menu yang ditentukan pemerintah, maka harus lebih dulu membuat laporan kepada petugas di kantor Daker Madinah.
"Misalnya hari itu menu sayurnya jagung, tapi tidak adanya bahan bakunya, terus diganti buncis. Maka perusahaan itu harus membuat laporan dulu ke sini (kantor Daker Madinah)," ucap Ahmad.
Selama ini sudah ada beberapa perusahaan yang sudah mendapat teguran lantaran menyalahi aturan yang disepakati. Seperti menggunakan kendaraan tidak berstandar, saat mengantarkan makanan dan juga tidak menggunakan tutup boks.
"Selain itu, juga ada yang tidak sesuai (bobot) gram per boksnya. Sudah kita tegur. Ada sekitar tiga sampai lima perusahaan (nakal) yang ditegur, tapi tegurannya belum signifikan," ucap Ahmad.