Liputan6.com, Jakarta Bunyi klakson tiba-tiba memecah keheningan terowongan bawah tanah pada kedalaman 22 hingga 25 meter. Ternyata, proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta telah bisa dilintasi kereta.
Namun, lintasan yang digunakan kereta itu merupakan rel sementara. Kereta yang melintas pun bukan kereta MRT, melainkan kereta proyek yang digunakan kontraktor untuk membawa material.
Baca Juga
Warga Jakarta selama ini hanya mengetahui perkembangan proyek MRT Jakarta dari apa yang nampak di permukaan. Padahal, 6 dari keseluruhan stasiun MRT yang berjumlah 13, sudah berada di bawah tanah.
Advertisement
Harapan besar digantungkan warga Jakarta pada pembangunan proyek MRT ini. Sebab, MRT digadang-gadang akan menjadi transportasi publik paling muktahir yang akan menembus kemacetan Jakarta.
"Peron sudah 50 persen selesai. Untuk 6 stasiun underground, kurang lebih kita sudah 72 persen untuk konstruksinya. Di luar elektrikal dan yang lain-lainnya ya seperti sistem persinyalan dan track," ujar Direktur Operasional dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Nasyir di MRT CP 104 Project, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (8/9/2016).
Untuk fokus proyek MRT di Senayan, tim tengah bergegas mengatasi tantangan-tantangan yang timbul untuk segera dituntaskan. Tantangan tersebut tentunya yang menjadi salah satu faktor butuh waktu ekstra dalam proses konstruksi.
"Secara teknis sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Seperti kita lihat tadi, ada drainase yang harus kita pindahkan. Lalu ada pipa air minum yang mesti kita geser. Ada juga kabel PLN. Kalau semua itu tidak ada, pastinya bisa lebih cepat," Nasyir menuturkan.
Dengan diturunkannya 2 Tunnel Boring Machine (TBN) Antareja, membuat pengerjaan dilakukan secara simultan. Terowongan bawah tanah Patung Pemuda-Hotel Indonesia, sudah berhasil dilakukan pengeboran lebih dari 50 persen.
"Total yang dibor itu 8 kilometer, sedangkan yang sudah dibor itu 4,1 kilometer. Selatan melewati Semanggi, dan utara di Dukuh Atas. TBM 1 sudah ngebor sejauh 1.100 meter, lalu yang TBM 2 sudah sekitar 900 sampai 960 meter. Akhir bulan sudah finish dan melanjutkan ke Setiabudi," lanjut Nasyir.
Masalah Pembebasan Lahan
Tantangan bagi kontraktor tidak berhenti sampai di masalah teknis yang terjadi di bawah tanah. Masalah pun muncul pada kontruksi di permukaan atau di atas (Eleveted Construction).
Nasyir menuturkan, pihak MRT mengalami kendala pada pembebasan lahan untuk konstruksi di atas tanah. Praktis pembangunan pun mengalami kondisi kritis di 2 stasiun yang masih berlokasi di Jakarta Selatan.
"Ada 2 stasiun kritis, khususnya Cipete dan Haji Nawi. Tetapi untuk Dipo, Stasiun Lebak Bulus, sudah bisa optimal (pengerjaannya) sekarang. Tapi ya itu, kalau tidak dibebaskan (lahannya), MRT-nya enggak jalan," sambung dia.
Teknis pengerjaan secara simultan menjadi strategi yang dikedepankan dalam proyek ini di tengah masalah pembebasan lahan. Tidak ingin menghambat, pengerjaan proyek MRT pun dikebut di lahan yang sudah dibebaskan.
Meski belum dihitung besarnya prosentase hambatannya, namun pembebasan itu diharap akan selesai pada akhir tahun ini. Wali Kota Jakarta Selatan yang turut hadir dalam tinjauan ke lokasi proyek MRT pun angkat suara.
"Intinya begini, kita tetap pegang target kita awal Februari 2019 (proyek selesai). Itu saja. Kalau memang ini bisa bebas di akhir tahun ini. Tahun ini lah (harus bebas lahannya)," jawab Walikota Jakarta Selatan Tri Kurniadi.
Pihak Pemerintah Kota Jakarta Selatan memberi rambu untuk tinggal menunggu keputusan pengadilan. Jika diamanatkan untuk membongkar, pembongkaran pun akan dilakukan. Sejumlah bidang sudah terdata untuk segera dibebaskan lahannya.
"Ada 30 bidang bidang Bina Marga, dan 8 bidang lagi Dinas Perhubungan. Kewenangan BPN, kita bantu koordinasi. Pakai apraisal 26 juta. Tinggal nunggu keputusan pengadilan. Enggak ada yang pinjam pakai lagi. Ini kepentingan bangsa dan negara," tegas Tri.
MRT Jakarta akan membentang kurang lebih 110,8 kilometer, yang terdiri dari Koridor Selatan-Utara (Koridor Lebak Bulus-Area Kota) sepanjang kurang lebih 23,8 kilometer dan Koridor Timur-Barat sepanjang kurang lebih 87 kilometer.
Pembangunan Koridor Selatan-Utara dari Lebak Bulus-Area Kota dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada 2018.
Tahap 2 akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Area Kota sepanjang 8,1 kilometer yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai. Sedangkan untuk Koridor Timur-Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan dan ditargetkan beroperasi pada 2024 hingga 2027.
Advertisement