Liputan6.com, Jakarta - Bangunan di kawasan Bukit Duri yang terdampak normalisasi Sungai Ciliwung kini rata dengan tanah. Reruntuhan bangunan yang tersisa pun menjadi incaran para pengumpul besi bekas.
Di antara eskavator yang bekerja membersihkan puing, Riki tampak berjalan memikul tumpukan besi dan seng yang diikat erat. Dia membawa rongsokan itu menuju gerobak yang terparkir di Jembatan Tong Tek di sekitar kawasan bantaran Ciliwung.
Pria berusia 70 tahun itu mengatakan, dia sekadar lewat hingga akhirnya singgah di Bukit Duri. Melihat banyak puing bangunan, dia berinisiatif mengambil beberapa besi untuk nantinya dijual kembali ke lapak pengepul.
Advertisement
"Saya mau bawa pulang ke rumah. Nanti ya dijual lah," tutur Riki di kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2016).
Besi bekas hasil pungutan di Bukit Duri itu, lanjut Riki, akan dijual dan dihargai Rp 1.800 per kilo. "Ya lumayan. Sambil lewat lah mas" kata dia.
Riki mengaku sudah dari 1985 menjadi pengumpul barang bekas. Dia yang tinggal di kawasan Gudang Peluru, Kalimalang, Jakarta Timur itu tiap pagi menarik gerobak keliling sesukanya.
"Saya ambil segini saja. Udah nggak kuat badan," ujar dia.
Pengumpul besi lain, yakni Topan (47) juga satu pikiran dengan Riki. Dengan batangan magnet yang dibawanya, dia mengumpulkan paku dan besi tua sisa bongkaran Bukit Duri.
"Ini kalo yang ada pemiliknya ya saya nggak ikutan. Lihat-lihat aja kalo nggak ada yang ngambilin di situ ya saya yang cari. Kalo kayu-kayu biasanya pemilik yang ambil-ambilin," jelas Topan.
Pria anak dua itu mengaku baru hari ini juga ke kawasan tergusur Bukit Duri. Dia mencari peruntungan dengan rongsokan yang ada di lokasi.
"Buat nambah-nambah, Mas. Saya biasa keliling masuk ke kali nyari-nyari besi paku gitu juga. Mumpung ada yang gampang," kata Topan.