Penyerang 3 Polisi di Tangerang Suka Menyendiri dan Browsing

SA menyerang petugas di pos polisi di kawasan pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Banten pada pagi tadi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 20 Okt 2016, 22:09 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 22:09 WIB
2016102Rumah-Penusukan-Polisi-Cikokol-Stringer4
Rumah orangtua SA, pelaku penusukan tiga anggota polisi, di Kelurahan Sepatan, Tangerang, digeledah polisi Kamis (20/10). Polisi mengambil sejumlah barang terkait penyerangan di Pospol Cikokol yang melukai tiga anggota polisi. (Liputan6.com/Stringer)

Liputan6.com, Jakarta - Pihak kepolisian meminta keterangan kakak dari penyerang tiga polisi di Cikokol, Tangerang, Banten. Pelaku yang berinisial SA (22) memiliki dua kakak yang merupakan anggota polisi.

Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, dari keterangan sementara, pelaku disebut sudah lama tak tinggal dengan kedua kakaknya dan memilih hidup sendiri.

"Kita sudah melakukan pendalaman. Informasinya kakaknya ini jarang berkomunikasi dengan adiknya. Kita memang belum melakukan BAP. Kita hanya tanya hubungannya. Jadi dulu pernah kumpul di abangnya. Tapi sekarang memisah diri. Ngekost dan suka menyendiri. Tapi belum tahu berapa lama sudah pisah dan tinggal bersama kakaknya," ucap Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Bukan hanya itu, dari hasil pemeriksaan kakaknya yang merupakan seorang polisi di Polresta Tangerang, sang adik suka berselancar di dunia maya dan mencari-cari sesuatu. Namun, saat ditegaskan, apakah itu berkaitan dengan teroris, dia menyebut masih dilakukan pendalaman.

"Adiknya senang mem-browsing dan mencari tahu. (Tapi soal mencari info teroris) Belum, belum sampai ke sana," tandas Martinus.

SA menyerang petugas di pos polisi di kawasan pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Banten pada pagi tadi. Akibatnya, Kepala Kepolisian Sektor Tangerang Komisaris Effendi bersama dua polisi lainnya, Inspektur Satu Bambang Haryadi dan Brigadir Polisi Kepala Sukardi terluka terkena sabetan pisau.

Berdasar keterangan polisi, saat pergumulan itu, SA juga melempar sebuah benda yang diduga bom ke arah polisi.

SA lumpuh setelah peluru bersarang di kaki dan perutnya. Saat di rumah sakit, dia sempat diinterogasi polisi. SA meninggal dunia karena kehabisan darah dalam perjalanan ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta.

Pada kasus ini polisi menyita satu bilah pisau, satu bilah badik dan sarungnya, dua benda yang diduga bom pipa, satu tas berwarna hitam, dan satu buah stiker ISIS. SA memiliki dua kakak yang merupakan anggota kepolisian.


Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya