Liputan6.com, Jakarta - Gatot Witoyo (GW) alias Sabarno terduga teroris yang ditangkap Detasemen 88 Antiteror Polri di Magetan, Jawa Timur ternyata sudah buron tiga tahun. Dia diketahui memiliki hubungan dengan terduga teroris Choirul Amin alias Bravo Klaten, jaringan teroris Neo-Jamaah Islamiyah.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan penangkapan Gatot adalah hasil pengembangan dari kasus sebelumnya yang melibatkan Choirul Amin alias Bravo.
"Ini berkaitan kelompok teror yang beberapa waktu lalu tertangkap di Klaten, Jawa Tengah. Jadi tersangka terdahulu yang terkait kelompok ini adalah Bravo ini," kata Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (26/10/2016).
Advertisement
Menurut dia, Gatot berperan sebagai pengelola logistik kelompok tersebut. Ini diperkuat temuan Densus 88 di kediaman Gatot. Pada penggeledahan itu, petugas menemukan keperluan pembuat bom. Antara lain pipa-pipa, bahan peledak dan benda-benda yang bisa dirangkai menjadi detonator.
"Karena logistiknya jenis berbahaya, bukan barang yang umumnya terkait dengan kejahatan lain. Tapi terorisme selalu kaitannya dengan senjata api, bahan peledak, peluru, pistol rakitan dan sebagainya," ujar mantan Kapolda Banten itu.
Sebelumnya, Choirul Amin alias Bravo ditangkap pada akhir 2015 di Mojokerto, Jawa Timur, karena diduga terlibat dengan pabrik senjata yang ditemukan di Klaten, Jawa Tengah. Pabrik ini adalah bagian dari persiapan aksi kelompok teroris Neo-Jamaah Islamiyah.
Kelompok ini sendiri berakar dari jaringan Jamaah Islamiyah yang bertanggung jawab atas serangkaian teror dan ledakan bom di sejumlah daerah.
Setelah para pentolannya ditangkap aparat, para pemuda yang tersisa membangun kembali jaringan yang sempat tercerai berai dan membentuk Neo-Jamaah Islamiyah.
Sel ini juga dipercaya terkait dengan Siyono yang belum lama ini meninggal saat diperiksa polisi. Kepolisian meyakininya sebagai petinggi kelompok teror yang bertanggung jawab atas pabrik senjata tersebut. Siyono diincar setelah polisi mendapat keterangan dari seorang teroris lain bernama Awang. Dia ditangkap di Temanggung, Jawa Tengah, awal 2016.
Jaringan Neo-Jamaah Islamiyah diyakini polisi lebih berbahaya dibandingkan Jamaah Ansharu Daulah yang berkaitan dengan Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Kelompok ini disebut lebih terstruktur dan mempunyai persenjataan lebih lengkap.