Liputan6.com, Jakarta Demonstrasi 4 November kemarin berakhir dengan kerusuhan. Sebanyak 23 orang ditangkap. Mereka diduga sebagai dalang provokasi kerusuhan. Lima belas orang ditangkap aparat Polres Jakarta Utara dan delapan orang ditangkap di Monas terkait rusuh depan Istana Merdeka.
Presiden Joko Widodo mendadak menggelar rapat terbatas terkait kerusuhan tersebut bersama Menkopolhukam, Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala BIN. Lewat tengah malam, Presiden Jokowi mengumumkan hasil rapat tersebut.
Baca Juga
"Menyesalkan kejadian pada bakda Isya yang seharusnya sudah bubar, tetapi menjadi rusuh. Dan ini kita lihat telah ditungganggi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," kata Jokowi di Istana Merdeka, Sabtu (5/11/2016) dinihari.
Advertisement
Meski demikian, Jokowi mengapresiasi peran tokoh-tokoh masyarakat dan keagamaan yang berhasil membawa demonstrasi damai dari siang selesai salat Jumat hingga Magrib.
"Terima kasih kami sampaikan kepada para ulama, kiai, habaib, ustad yang telah memimpin umatnya yang menyejukkan, sehingga sampai Magrib tadi berjalan dengan tertib dan damai," ujar Jokowi.
Kerusuhan pecah sekitar pukul 19.00 WIB. Massa beratribut HMI berupaya menembus barikade polisi. Akibatnya, aparat berupaya keras menghalau massa dan berakhir dengan tembakan gas air mata.
Kerusuhan kian menjadi saat dua kendaraan milik polisi, satu minibus pengangkut pagar berduri dan truk angkut pasukan dibakar massa. Delapan orang ditangkap dalam kerusuhan ini.
Sebenarnya, sudah sejak sore massa HMI terlibat bentrok dengan aparat. Namun, polisi memilih diam dan tidak membalas lemparan batu, botol, dan air mineral dari demonstran. Massa HMI berada di dua titik aksi, depan RRI dan samping kantor Sekretaris Negara (Setneg).
Pantauan di lokasi, massa HMI mengusung isu lain dari massa yang menuntut penegakan hukum terkait kasus yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Massa HMI mengusung isu mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK.
Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan menyebut kerusuhan bermula dari massa HMI yang hendak merangsek ke depan bakda Isya.
"Pak, mohon maaf, kita harus bagaimana, tadi massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) maju. Kita terpaksa membubarkan. Kalau tidak, anggota banyak yang terluka, kita harus bagaimana," ujar Iriawan saat menjelaskan penyebab kerusuhan kepada Menkopolhukam Wiranto, Jumat, 4 November 2016 malam.
Kerusuhan meluas. Brimob dan Marinir berjibaku menghalau massa yang mengamuk di Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 15 orang diduga provokator ditangkap dalam kerusuhan tersebut.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) membantah tudingan sebagai kelompok yang memantik kerusuhan. Organisasi kemahasiswaan ini berdalih ada orang tidak dikenal menyusup ke barisan aksi mereka.
"Kericuhan terjadi bakda Isya yang dipicu oleh massa yang tidak dikenal oleh kader HMI, dari mana asalnya dan siapa pemimpinnya masuk di barisan depan masa HMI, kemudian ribut dengan aparat sampai akhirnya aparat kepolisian menembakkan gas air mata," kata Ketua Umum PB HMI Mulyadi P Tamsir dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (5/11/2016).
Massa HMI, Mulyadi melanjutkan, membubarkan diri ke belakang dan tidak kembali lagi ke depan Istana Merdeka. "Setelah itu baru terjadi kebakaran yang kami tidak tahu siapa pelakunya dan apa yang terbakar," ujar Mulyadi.