Penampakan Provokator Penyulut Rusuh Demo 4 November Depan Istana

Mereka yang diamankan diduga berasal dari luar Pulau Jawa. Penyidik masih memeriksa hingga batas waktu 1x24 jam.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 05 Nov 2016, 14:06 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2016, 14:06 WIB
Provokator
Salah satu demonstran yang diduga memprovokasi kerusuhan demo 4 November (Liputan6.com/Nafis)

Liputan6.com, Jakarta - Total 10 demonstran 4 November diamankan dalam kerusuhan di depan Istana Merdeka, Jumat malam. Siapa saja mereka?

"Usia antara 17-35 tahun. Mereka ada yang dari daerah dari Jakarta. Masih diambil keterangan. Status hukum nanti dilihat selama 24 jam," ujar Boy saat jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Bahkan mereka yang diduga provokator tersebut ada yang berasal dari luar Jakarta. "Mereka dari luar Pulau Jawa, bisa jadi pendatang," kata Boy.

Boy memperlihatkan salah satu foto demonstran yang mengamuk. Demonstran bercelana jins dan batik putih tanpa sorban dan peci itu terlihat mengayunkan bambu di tangannya ke arah personel Brimob yang berlindung dengan tameng.

Massa Aksi Damai 4 November mencoba menerobos penjagaan dari petugas, Jakarta, Jumat (4/11). Belum diketahui apa yang menyebabkan terjadinya bentrokan dari aksi yang awalnya damai ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Boy mengatakan, pihaknya menyayangkan kerusuhan yang pecah sekitar pukul 19.30 WIB tersebut. Kerusuhan, Boy melanjutkan, bukti bahwa ada pihak yang berniat untuk menyerang petugas.

"Niatnya bukan unjuk rasa, tapi serang petugas," kata Boy.

"Ini eskalasi tidak semakin bagus saat barikade kita dirusak, mereka ingin menerobos dan masuk Istana. Sekali lagi, ini tidak dibenarkan. Sudah ada aturannya. Ini bagian dari pendidikan," Boy memaparkan.

Polisi masih menyelidiki 10 provokator kerusuhan 4 November sesuai aturan KUHP 1x24 jam.

Akibat kerusuhan tersebut ada 3 kendaraan TNI-Polri yang dibakar. Sementara petugas TNI-Polri yang terluka ada 8 orang.

"Petugas bagian wajahnya hampir hancur diselamatkan rekannya," kata Boy.

Kerusuhan Pecah

Ricuh sudah sejak Jumat sore terjadi. Massa HMI terlibat bentrok dengan aparat. Namun, polisi memilih diam dan tidak membalas lemparan batu, botol, dan air mineral dari demonstran. Massa HMI berada di dua titik aksi, depan RRI dan samping kantor Sekretaris Negara (Setneg).

Pantauan di lokasi, massa HMI mengusung isu lain dari massa yang menuntut penegakan hukum terkait kasus yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Massa HMI mengusung isu mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK.

Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan menyebut kerusuhan bermula dari massa HMI yang hendak merangsek ke depan usai isya.

"Pak, mohon maaf, kita harus bagaimana, tadi massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) maju. Kita terpaksa membubarkan. Kalau tidak, anggota banyak yang terluka, kita harus bagaimana," ujar Iriawan saat menjelaskan penyebab kerusuhan kepada Menkopolhukam Wiranto, Jumat, 4 November 2016 malam.

Kerusuhan meluas. Brimob dan Marinir berjibaku menghalau massa yang mengamuk di Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 15 orang diduga provokator ditangkap dalam kerusuhan tersebut.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) membantah tudingan sebagai kelompok yang memantik kerusuhan. Organisasi kemahasiswaan ini berdalih ada orang tidak dikenal menyusup ke barisan aksi mereka.

"Kericuhan terjadi bada isya yang dipicu oleh massa yang tidak dikenal oleh kader HMI, dari mana asalnya dan siapa pemimpinnya masuk di barisan depan masa HMI, kemudian ribut dengan aparat sampai akhirnya aparat kepolisian menembakkan gas air mata," kata Ketua Umum PB HMI Mulyadi P Tamsir dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (5/11/2016).

Massa HMI, Mulyadi melanjutkan, membubarkan diri ke belakang dan tidak kembali lagi ke depan Istana Merdeka. "Setelah itu baru terjadi kebakaran yang kami tidak tahu siapa pelakunya dan apa yang terbakar," ujar Mulyadi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya