Imbauan Lengkap Romi pada Ulama Usai Bertemu Jokowi

Kesempatan bertemu Jokowi ini digunakan Romi untuk mengimbau para ulama untuk tetap menjaga kesejukan di tengah umat.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 22 Nov 2016, 18:11 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2016, 18:11 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy diundang makan siang bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Pertemuan ini merupakan rangkaian konsolidasi Jokowi kepada pimpinan partai.

Kesempatan bertemu Jokowi ini digunakan Romi untuk mengimbau para ulama untuk tetap menjaga kesejukan di tengah umat. Selain itu, memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa aksi 2 Desember sebenarnya tidak diperlukan lagi.

"Kepada pemimpin umat, pemimpin massa atau siapa pun yang memegang kantung umat di Indonesia marilah kita bersama wujudkan Indonesia yang damai, sejuk, dan harmonis dan terus kita kawal proses hukum yang sudah berjalan kemarin itu dengan tanpa melakukan aksi-aksi dan pemusatan-pemusatan massa yang pada sedikit banyaknya mengganggu ketertiban umum," kata Romi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Berikut imbauan lengkap Romi kepada masyarakat dan ulama usai bertemu Jokowi.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Presiden yang kami hormati, pertemuan tadi sambil ditemani Coto Makassar tadi di dalam.

Ada beberapa hal yang kami bicarakan dengan bapak Presiden. Pertama, kita perlu kembali pada dasar negara kesatuan republik Indonesia yang memang menjadikan keanekaragaman itu sebagai kekayaan kita, perekat, bukan sebagai faktor pembeda kita. Itu yang paling prinsip karena kita negara yang berbhineka tunggal Ika.

Kedua, di Indonesia Islam hadir jelang kemerdekaan sebagai faktor perekat, pemersatu, pengayom dan itu tak lain karena Islam yang dikembangkan di indonesia adalah Islam yang rahmatan lil alamin. Islam rahmatan lil alamin ini artinya kehadiran Islam itu untuk semesta alam, bukan hanya untuk umat Islam tetapi juga untuk seluruh umat manusia. Dalam kerangka itulah saya kira kedudukan Islam sebagai perekat itu, maka wajah Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, wajah Islam yang menarik, wajah Islam yang merangkul. Bukan wajah Islam yang garang bukan wajah Islam yang membawakan kekerasan dan bukan wajah Islam yang terus-menerus menimbulkan ketegangan.

Kita cukup belajar dari negara negara di timur tengah sana bahwa perbedaan mashab menjadikan mereka berperang, perbedaan hasil pemilu menjadikan mereka berperang, perbedaan perbedaan yang terkait hal-hal yang sifatnya furuiah yang merupakan cabang cabang agama menjadikan mereka melakukan kekerasan.

Saya kira kita harus pelihara keislaman kita sebagai perekat dan oleh karenanyalah dalam konteks itu PPP mengimbau kepada seluruh pemimpin umat di Indonesia para ustad para pimpinan ormas Islam sama sama kita menjaga warna keislaman kita.

Yang ketiga tentu yang berkaitan dengan proses hukum yang berjalan terhadap tuntutan dari aksi damai 4 November 2016, marilah kita sama sama melakukan pengawalan proses hukum disana. Sudah ada lembaga lembaga negara di sana yang secara resmi melakukan progres, membawa kemajuan, melakukan proses proses hukum yang kita sama sama hormati. Tugas kita mengawal.

Mengawal proses hukum itu ada caranya. Tidak dengan melakukan aksi massa berikutnya. Karena itu tentu PPP sebagai partai Islam tertua di Indonesia dihuni oleh para kiai sejalan Dengan musyawarah Nasional Ulama pekan lalu yang dibuka oleh bapak Presiden kami mengimbau agar aksi 2 desember 2016 untuk tidak dilaksanakan.

Mengapa karena yang kita butuhkan adalah pengawalan intensif terhadap lembaga negara dan itu tidak bisa dilakukan dengan aksi massa berikutnya.

Berikutnya kita juga prihatin tentang adanya seruan untuk melakukan rush money 2 Desember itu. Sampai-sampai menteri keuangan sudah menyampaikan agar hal ini tidak dilakukan. Kita harus ingat segala tindakan yang menyakiti diri kita sendiri akan memukul Ekonomi kita. Kalau kita melakukan rush money, itu bukan kebangkrutan siapa siapa. Tapi kebangkrutan ekonomi kita yang akan mungkin saja bisa terjadi.

Oleh karena itu kepada pemimpin umat pemimpin massa atau siapapun yang memegang kantung umat di Indonesia, marilah kita bersama wujudkan Indonesia yang damai, sejuk, dan harmonis dan terus kita kawal proses hukum yang sudah berjalan kemarin itu dengan tanpa melakukan aksi dan pemusatan pemusatan massa yang sedikit-banyak mengganggu ketertiban umum.

Meskipun terlepas dari keinginan diadakannya aksi secara damai saya kira lebih penting kita meredam emosi umat. Kemudian melakukan anger management, karena anger management itu penting ke depan dan sebagai bangsa kita sama sama memiliki masa lalu, memilik keharmonisan, dan mari kita rawat kebhinekaan kita dengan sama-sama mengembangkan paham agama yang toleran.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya