Liputan6.com, Jakarta - Istana Negara baru-baru ini mendapat ancaman bom dari terduga teroris. Ancaman tersebut terungkap, setelah Densus Antiteror 88 menangkap beberapa terduga teroris di Bintara, Bekasi pada Sabtu 11 Desember 2016.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengapresiasi kinerja Kepolisian yang sigap menangkap terduga teroris yang berniat meledakkan Istana.
Baca Juga
"Pertama, kita memberikan apresiasi pada kerja kepolisian. Ini menunjukan bahwa polisi sigap dalam persoalan terorisme. Kalau kita lihat pada hari yg bersamaan terjadi di beberapa negara, di Kairo, kemudian di Turki, negara-negara lain," ujar Pramono di Istana, Jakarta, Selasa (13/11/2016).
Advertisement
"Alhamdulillah, Indonesia bisa menangani dengan baik," sambung dia.
Pramono menjelaskan, sebelum Presiden Joko Widodo berangkat ke India, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah melaporkan secara menyeluruh terkait penangkapan terduga teroris di Bekasi, termasuk ancaman bom di Istana.
"Yang dilakukan oleh Kapolri berkaitan dengan penangkapan empat orang, dan ini masih ada rangkaian yang lain dan juga rencana, istilahnya bom pressing panci, yang direncanakan itu," kata dia.
"Intinya adalah, pemerintah percaya sepenuhnya pada Polri untuk menangani dan menindaklanjuti. Tentunya tidak ada penambahan keamanan secara khusus di lingkungan Istana," lanjut Pramono.
Pramono mengatakan, Jokowi memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Polri, Densus 88, dan TNI berkaitan dengan penanganan persoalan terorisme. "Secara khusus, Presiden sudah memanggil Kapolri, Panglima TNI, dan Kapolda Metro Jaya, juga Pandam Jaya, berkaitan dengan hal-hal yang ada."
"Termasuk keamanan selama Presiden meninggalkan Indonesia dari tanggal 11-15 (Desember)," imbuh dia.
Pergantian Jaga Tetap Terbuka
Pramono membenarkan ancaman bom tersebut memang ada. Karena itu, ancaman tersebut menjadi peringatan dini bagi semua pihak, khususnya Polri, agar terus bersiaga menghadapi terorisme.
"Ya, ancaman itu benar ke Istana. Kami percaya sepenuhnya dengan apa yg disampaikan Kapolri. Tentunya data yang dimiliki Polri sungguh-sungguh, tidak main-main dan ini tentunya peringatan bagi kita semua. Biasanya kalau, katakanlah, terjadi ledakan (bom), orang yang disalahkan pertama kali kan Kapolri," papar dia.
Terkait dugaan ancaman bom akan diledakan di Istana saat pergantian petugas jaga, pihak Istana akan tetap terbuka untuk masyarakat. Namun, pengamanan akan lebih ditingkatkan.
"Ada keinginan dari pemerintah bahwa pergantian jaga itu dilakukan secara terbuka, supaya masyarakat bisa tahu. Tapi dengan adanya ancaman ini tidak serta merta mengubah itu. Tetap akan dilakukan, karena tradisi pergantian jaga supaya masyarakat bisa menikmati. Tapi tentunya dengan adanya ancaman itu, kewaspadaan tetap perlu," Pramono menandaskan.