Liputan6.com, Jakarta Ketua tim investigasi kecelakaan pelayaran dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kapten Aldrin Dalimunte mengatakan, ada beberapa faktor penyebab Kapal Zahro Expres terbakar.
Menurut dia, penyebabnya mulai dari kurang perawatan sampai human error. Namun untuk membuktikan, pihaknya menemui sedikit kendala, yaitu minimnya alat bukti.
Baca Juga
"Saya rasa alat buktinya terbatas. Tapi kita tidak berhenti. Kemarin kita sudah lakukan simulasi pada mesin sejenis, struktur kapal yang sejenis ya di sini," kata Aldrin di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu 4 Januari 2017.
Advertisement
Aldrin menjelaskan, untuk mengungkap misteri terbakarnya Kapal Zahro Expres, timnya juga sudah mendatangi lokasi pembuatan kapal tersebut. Dari informasi yang dihimpun, Kapal Zahro dibuat di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu.
"Kami juga ke pulau (Harapan) dan kami bicara sama pembuat langsung dan pekerjanya," ujar dia.
Dalam proses investigasi yang sudah berjalan di hari ketiga, pihaknya sudah mengantongi dugaan atau penyebab awal terbakarnya Zahro Expres. Dugaan sementara mengarah kepada ruang mesin kapal tersebut.
"Kami menduga dan praduga dan mendalami di ruang mesin, khususnya di mesin utama serta di genset," tutur dia.
"Nanti kita secara komprehensif akan membuat laporan dan rekomendasi, akan kami sampaikan kepada pihak terkait," Aldrin menambahkan.
Berbeda dari Kapal Lain
Aldrin menegaskan, tidak ada larangan kapal ojek menggunakan pendingin ruangan atau AC. Penggunaan AC maupun fiberglass di Kapal Zahro Expres dinilai sah-sah saja, selagi dalam prosesnya tidak menyalahi aturan. Jadi, belum tentu lantaran dipasangnya AC, Kapal Zahro berisiko terbakar.
"Saya perbaiki apa yang jadi statement kalian. Kapal ini tidak dilarang untuk menggunakan AC, kapal ini juga tidak dilarang memakai fiberglass kok," kata dia.
"Banyak faktor (terbakarnya kapal). Bisa saja human error atau unitnya kurang pengawasan, seperti kurangnya perawatan, kelalaian bisa. Ya, termasuk ini yang kami cari," dia melanjutkan.
Aldrin mengatakan, KM Zahro Expres merupakan satu-satunya kapal yang memiliki pendingin ruangan dan dilapisi fiberglass. Namun bukan berarti berbeda dengan kapal lainnya, Kapal Zahro lantas dapat disebut melanggar aturan.
"Kenyataan memang dalam investigasi, Kapal Zahro ini beda dengan kapal di sini. Zahro satu-satunya kapal di Muara Angke yang memiliki AC dan dilapisi fiber. Sebetulnya bahan dasarnya kayu, tetap sama," kata dia.
"Pintu depan-belakang cukup, atas-bawah juga cukup masing-masing dua. Mungkin saat dalam pembuatan (kapal) pemiliknya punya uang lebih dibanding pemilik kapal lain," Aldrin menegaskan.
KM Zahro Expres tujuan Pulau Tidung tiba-tiba terbakar setelah berlayar sekitar satu mil dari Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Minggu 1 Januari 2017, pukul 08.30 WIB.
Akibat kebakaran itu, 23 penumpang dinyatakan meninggal, 17 luka-luka, 17 hilang, dan 145 orang selamat. Zahro Expres diduga membawa lebih dari 200 penumpang. Sedangkan, nahkoda dan anak buah kapal atau ABK Zarho Expres sendiri berhasil kabur, saat kebakaran terjadi.
Sementara, pencarian korban hilang masih dalam pencarian dan ditargetkan tujuh hari ke depan. Penyebab kebakaran juga masih dalam penyelidikan Komite Nasional Keselematan Transportasi (KNKT). Dugaan sementara ada kelalaian.