Â
Liputan6.com, Jakarta - Ketua MPRÂ Zulkifli Hasan turut prihatin dengan isu kebangsaan beberapa waktu belakangan ini. Keprihatinan itu muncul karena adanya kelompok yang berpendirian, jika bukan golongannya, berarti bukan teman.
Baca Juga
Pengelompokan-pengelompokan yang memicu pertikaian itu muncul seiring dengan semakin rapuhnya semangat kebangsaan. Dan semakin lebarnya kesenjangan, baik antara pusat dan daerah, Jawa dan non-Jawa, maupun Barat dan Timur.
Advertisement
Hal itu diungkapkan Ketua MPRÂ Zulkifli di hadapan peserta Rakernas Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) Sabtu (14/1/2017). Acara tersebut berlangsung di Masjid Al-Furqon Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat.
Kesenjangan yang terjadi di Indonesia itu, kata Zulkifli, tampak begitu kasatmata. Antara lain, pada bidang penguasaan lahan, penguasaan sumber daya alam, hingga aktivitas impor yang sudah mencakup seluruh kebutuhan hidup. Mulai padi, bawang, jagung, kedelai, hingga garam.
"Petani kita tak punya lahan dan pekerjaan. Mereka juga tak memiliki keterampilan dan pengetahuan. Ketika lapar, mereka jadi sangat gampang disusupi untuk melakukan tindakan anarkisme", kata Zulkifli.
Selain karena alasan kesenjangan, menurut Zulkifli, perilaku pejabat negara yang tidak mencerminkan Pancasila menambah rumit persoalan kebangsaan. Mereka adalah pejabat yang lupa dengan tujuannya menjadi pemimpin. Sehingga menjadikan jabatannya sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri.
"Lupa pada sumpahnya yang harus menjadi pelayan masyarakat," ujar Ketua MPRÂ Zulkifli.