Kapolri Minta Garda Bangsa Bantu Deradikalisasi Kelompok Radikal

Menurut Kapolri, ada lima langkah yang dapat ditempuh dalam upaya deradikalisasi kelompok radikal.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 19 Jan 2017, 20:25 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 20:25 WIB
20170119- Muspimnas Garda Bangsa Bahas Intoleransi Bareng Kapolri-Jakarta-Johan Tallo
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikan pemaparan saat Muspimnas DKN Garda Bangsa di Jakarta, Kamis (19/1). Muspimnas tersebut membahas tentang deradikalisasi, intoleransi, dan terorisme beserta solusinya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Garda Bangsa ikut membantu upaya-upaya deradikalisasi guna menumpas aksi-aksi teror di tanah air.

"Saya berharap organisasi Garda Bangsa dapat turut menjadi garda terdepan dalam menghadapi kelompok radikal dengan upaya deradikalisasi," kata Tito saat menghadiri simposium deradikalisasi yang diadakan organisasi sayap PKB, Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa di Bidakara, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Menurut Tito, ada lima langkah yang dapat ditempuh dalam upaya deradikalisasi. Pertama dengan cara menetralisir atau mengubah paham radikal dari kelompok-kelompok atau individu para perekrut pelaku teror.

"Kita bisa menetralisirnya dengan cara persuasif, mengubahnya menjadi moderat dengan program 'counter ideology', sehingga orang yang pahamnya radikal menjadi moderat," ucap Tito.

Kedua, dengan cara koersif yang menekankan pada langkah-langkah keamanan seperti melibatkan militer, intelijen dan kepolisian yang diperkuat dengan payung hukum perundang-undangan.

"Tinggal pilih mau dengan militer, intelijen yang menggunakan undang-undang keras dengan pasal karet atau 'law enforcement' melalui kepolisian. Kalau menurut saya di negara kita yang demokrasinya mengarah ke liberal, lebih cocok dengan law enforcement tetapi tetap ada unsur militer dan intelinej di dalamnya," papar Tito.

etiga, dengan cara menetralisir segmen masyarakat yang rentan menjadi target doktrinasi radikalisme. Menurut Tito cara ini harus diikuti dengan kajian terkait wilayah-wilayah mana saja yang masyarakatnya rentan menjadi target paham radikal.

"Keempat, dengan membuat program 'counter media' di dunia maya, untuk melawan media-media digital tang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menyebarkan pahamnya," kata dia.

Tito menambahkan, dalam kelompok radikal telah dikenal istilah jihad digital yang dilakukan dengan cara mencuri uang dari orang yang dinilai kafir melalui sistem fraud, hingga melatih aksi teror melalui teknologi dunia maya.

"Sehingga untuk membuat bom mereka bisa melakukan melalui cyber training, cukup didikte bahan dan caranya. Perlu ada program khusus untuk menetralisi channel-channel media seperti ini," ujar dia.

Kelima, Tito menyebutkan, yakni dengan memanfaatkan penelitian para ahli, ilmu sosial dan ulama terkait alasan suatu wilayah kerap dijadikan tempat penyebaran paham radikal atau menjadi sasaran aksi teror.

"Misalnya kenapa di Poso banyak pelaku teror. Kenapa teror terjadi di Solo, Banten dan sebagainya. Apakah karena faktor spiritual, faktor ideologi atau faktor emosional atau dendam," tegas Tito.

Tito berharap organisasi sayap PKB Garda Bangsa dan organisasi lain dapat membantu upaya-upaya deradikalisasi dengan menempuh lima upaya yang telah dijabarkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya