Liputan6.com, Jakarta Kiai Haji Nuril Arifin Husein atau dikenal Gus Nuril mengatakan gelaran Ngaji Kebangsaan yang dilakukan PDIP diharapkan bisa menjadikan bangsa Indonesia semakin religius. Dengan semangat religius dan menjadikan Pancasila sebagai roh kehidupan dipastikan tidak ada yang bisa memecah belah bangsa.
"Saya berharap nostalgia, nasionalisme religius. Kalau ini betul-betul klik, maka saya pikir tidak ada yang bisa pecah belah," kata Gus Nuril dalam acara Ngaji Kebangsaan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu 21 Januari 2017 malam.
Baca Juga
Dia melanjutkan, kegiatan ngaji seperti ini perlu digalakkan di tengah adanya upaya memecah belah rasa kebangsaan dan nasionalisme dalam bingkai Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Bahkan, menurut pandangannya, saat ini ada sekelompok orang yang terang-terangan mengkafirkan kelompok penganut agama lain yang dilindungi konstitusi.
Advertisement
"Kita perlu menegaskan, bahwa mengamalkan agama itu tetap sejalan dengan semangat nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Penting untuk kembali ke nilai kebangsaan kita, agar jangan ada upaya membenturkan agama dengan Pancasila. Jangan dihancurkan sendi kebangsaan, yang sudah dikokohkan para pendiri bangsa," beber dia.
"Itu tidak bisa dibenarkan. Apalagi mulai ada. penghinaan lambang negara, penghinaan terhadap Presiden, penghinaan terhadap ulama-ulama NU," tambah dia lagi.
Gus Nuril mengungkapkan, gerakan yang hadir untuk membenturkan Pancasila dengan agama tujuannya satu, yaitu memecah belah bangsa. Maka perlu ditegaskan, mana yang berkhianat dan mana yang teguh mempertahankan NKRI dan dasar negara.
Dia pun berharap dalam menghadapi ancaman pemecah belah bangsa, aparat TNI juga harus mengambil bagian. Apalagi jika ada upaya yang menggerus Bhinneka Tunggal Ika. Dimana ancaman itu, kata dia, saat ini justru muncul dari dalam negeri sendiri.
"TNI harus hadir dalam menghadapi ancaman ini. Tidak cukup hanya dibebankan kepada Polri. Kita harus satu padu, dalam menghadapi ancaman ini. Kita tidak bisa mentolerir tindakan carut marut ini, dimana semua orang yang beda paham dikafirkan. Ini sama sekali tidak layak dibiarkan di Indonesia," Gus Nuril menandaskan.