Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Sosial (Kemensos) menggelar pelatihan penanggulangan bencana bagi para jurnalis di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pelatihan itu dimaksudkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan para wartawan seputar pemasalahan bencana.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, para wartawan memang perlu juga dibekali ilmu tentang konsep dan karakteristik bencana, penanganan tanggap darurat bencana, dan proses rehabilitasi sosial korban bencana.
Baca Juga
"Simulasi sekaligus praktik. Jadi tidak cuma teori saja. Peserta diajari bagaimana cara mendirikan tenda, dapur umum, dan air bersih, juga water rescue," tutur Khofifah dalam keterangan tertulis di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Rabu (22/3/2017).
Advertisement
Pelatihan itu diikuti puluhan jurnalis cetak, elektronik, maupun online. Mereka yang dilatih nantinya akan dikukuhkan sebagai Jurnalis Sahabat Taruna Siaga Bencana (JUGANA).
Bagi Khofifah, peran awak media dalam penanganan bencana tentu sangat besar. Jurnalis tidak sekadar menyampaikan informasi bencana, namun juga ikut menstimulasi dan memobilisir bantuan sekaligus berbagai kebutuhan korban bencana.
"Singkatnya, jurnalis dan media memiliki kekuatan dahsyat dalam penanganan bencana," jelas dia.
Dia menyatakan, pihaknya aktif membangun sinergitas dengan berbagai komunitas untuk membantu masyarakat yang mengalami musibah. Seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, Kemensos telah memberikan pelatihan kepada Banser Ansor Sahabat Tagana, Sahabat Tagana Difabel, Pramuka Sahabat Tagana (PRAGANA), RAPI Sahabat Tagana (RAGANA), dan Mahasiswa Pencinta Alam Siaga Bencana (MAPAGA).
Keberadaan Sahabat Tagana menjadi penting, mengingat Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Diperlukan peran serta masyarakat dalam penanganan korban bencana alam.
Berdasarkan Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), ada 323 kabupaten/kota yang rawan bencana alam. Tercatat sepanjang 2015, setidaknya ada 162 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia, disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 9.333 jiwa, 22.855 jiwa luka-luka, 1.418.947 mengungsi, 108.994 unit rumah rusak ringan, dan 96.317 unit rusak berat.
"Dalam standar operasional prosedur (SOP), Tagana harus siap hadir satu jam setelah bencana terjadi. Harus tanggap, sigap melakukan perlindungan sosial terhadap korban bencana," ujar Khofifah.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos, Harry Hikmat menambahkan, pelatihan bagi jurnalis diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Tagana ke-13 pada 24 Maret 2017 mendatang. Hingga tahun 2016, total jumlah personel Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai 29.734 orang.
"Jumlah ini terus meningkat seiring eksistensi Tagana setiap kali terjadi bencana alam," kata Harry.
Dia berharap Sumber Daya Manusia (SDM) Tagana dapat terus meningkat. Jika setiap personel dapat mengajak 20 orang saja menjadi Sahabat Tagana, kekuatan SDM penanggulangan bencana berbasis komunitas akan bertambah sekitar 600.000 orang.
"Kami harap dengan bergabungnya para jurnalis dalam Sahabat Tagana menjadikan upaya penanggulangan bencana alam lebih responsif lagi," pungkas Harry.