Warga Nahdliyin Apresiasi Program Pendalaman Kitab Kuning

Program pendalaman Kitab Kuning yang efektif diberlakukan dalam kurikulum muatan lokal mendapatkan apresiasi dari warga nahdliyin.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Apr 2017, 16:13 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2017, 16:13 WIB
Warga Nahdhiyin Apresiasi Program Pendalaman Kitab Kuning
Program pendalaman Kitab Kuning yang efektif diberlakukan dalam kurikulum muatan lokal mendapatkan apresiasi dari warga nahdhiyin.

Liputan6.com, Jakarta Program pendalaman Kitab Kuning yang efektif diberlakukan dalam kurikulum muatan lokal di seluruh sekolah di Kabupaten Purwakarta mendapatkan apresiasi dari warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin). Setelah beberapa waktu yang lalu, program yang akan diadopsi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia ini juga diapresiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta.

Apresiasi tersebut dilontarkan oleh Ketua Dewan Koordinasi Nasional Garda Bangsa, Cucun Syamsurizal di sela acara pembukaan Musabaqoh Qiro’atul Kutub yang digelar Minggu (16/4) lalu di Bale Maya Datar, Kompleks Sekretariat Daerah Purwakarta, Jalan Gandanegara No 25.

Cucun yang juga merupakan Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI itu menyebut inisiasi program yang tercetus dari gagasan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tersebut merupakan hal baru di Indonesia. Sehingga menurut dia, Kang Dedi, sapaan akrabnya, layak disebut sebagai Guru Bangsa karena berhasil mengaplikasikan konsep pesantren ke dalam pendidikan umum di seluruh sekolah.

“Ini para santri se-Indonesia patut menjadikan Kang Dedi sebagai Guru Bangsa. Konsep beliau tentang pemeliharaan ajaran dalam kitab kuning begitu diapresasi oleh para santri. Acara kali ini pun atmosfernya sudah mirip di Jawa Timur. Kalau kami punya punya program Kitab Kuning Goes to Kampus, Kang Dedi ini berhasil membuat Kitab Kuning Goes to Pendopo. Makanya, Kang Dedi harus ikut kami keliling sebagai narasumber materi pendalaman Kitab Kuning,” jelas Cucun.

Sisi penting Kitab Kuning pun sempat dibahas oleh Cucun, menurut dia, jika masih ada santri yang mengejek dan mengolok-olok orang lain, maka dapat dipastikan mondok dan ngaji kitab kuningnya belum selesai. Sebab, pendapat para ulama yang termaktub dalam kitab kuning, kata dia, akan menjadikan santri berpikir ulang atas apapun sesuatu yang hendak ia lakukan.

“Jika ada santri yang masih mengejek orang lain, saya pastikan itu mondok dan ngajinya gak selesai. Sebab santri yang ngajinya selesai pasti akan berpikir ulang terhadap apapun yang dia lakukan,” katanya menambahkan.

Selain bertujuan dalam rangka memperkaya khazanah pemikiran keislaman pelajar Purwakarta, program pendalam kitab kuning, menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi juga bertujuan untuk mensejajarkan antara lulusan pesantren dengan lulusan pendidikan umum. Tujuan ini dilatarbelakangi dengan masih terdapat stigma di tengah masyarakat, bahwa lulusan pesantren tidak bisa ikut andil untuk memajukan masyarakat sekitar.

“Hari ini masih ada ketidakadilan, lulusan pesantren dianggap tidak bisa melakukan apa-apa. Saya kira pandangan ini keliru, maka saya buktikan dengan merekrut 526 guru ngaji kitab kuning lulusan pesantren, mereka kini sejajaran dengan lulusan perguruan tinggi karena bisa sama-sama mengajar di sekolah,” pungkas pria yang kini gemar mengenakan baju koko dan peci hitam tersebut.

Dalam kesempatan ini, Dedi berencana membuat musabaqoh serupa tingkat Jawa Barat. Hadiah umroh akan dia siapkan bagi santri yang berhasil meraih juara satu dalam setap kategori lomba. Hadiah yang sama sudah ia siapkan untuk 4 orang santri dan satu orang juri utama dalam Musabaqoh Tilawatil Kutub yang diikuti oleh para santri di Purwakarta hari ini.

Powered By:

Kabupaten Purwakarta

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya