Liputan6.com, Depok - Sosok KH Hasyim Muzadi begitu dikenal masyarakat luas, tak hanya di kalangan umat Islam, tapi juga non-muslim. Sang kiai dikenal sebagai penjaga kedamaian dunia di tengah persepsi Barat tentang Islam sebagai agama ekstremis.
Kiai Hasyim dapat diterima kalangan mana pun tanpa harus menjadi liberal. Bahkan ia disebut sebagai 'menteri luar negeri' swasta karena diplomasinya ke sejumlah negara.
Hal itu disampaikan Prof M Mas'ud Said pada sebuah diskusi dan bedah buku dalam rangka Mengenang 40 Hari Wafatnya KH Ahmad Hasyim Muzadi di Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok, Jawa Barat, Minggu (23/4/2017).
Advertisement
"Kalau melihat sepak terjang Pak Kiai, beliau ini seperti Menlunya swasta," ucap Mas'ud disambut tawa hadirin.
Pernyataan tersebut terlontar setelah Mas'ud mendengarkan pemaparan mantan Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda tentang Kiai Hasyim. Menurut Hassan, keakraban dirinya dengan Kiai Hasyim bermula pasca-aksi terorisme serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
"Di situ kan berkembang persepsi yang keliru tentang Islam, Islam yang diasosiasikan dengan kekerasan, terorisme. Padahal kita di Indonesia kan meyakini Islam itu rahmatan lil alamin, anti-kekerasan, anti-terorisme," ujar Hassan.
Sebagai Menteri Luar Negeri di negara mayoritas berpenduduk muslim, Hassan memiliki kewajiban untuk menjelaskan Islam kepada dunia. Dia kemudian mengajak sejumlah tokoh agama dan ulama, termasuk KH Hasyim Muzadi untuk menjelaskan Islam ke dunia.
"Kita jelaskan pada dunia bahwa konsep-konsep Islam yang kita yakini adalah rahmatan lil alamin bagi semua, baik muslim dan non-muslim. Karena itu yang menjadi solusi dari potensi adanya benturan antaragama, antarbudaya, antarperadaban," kata dia.
Selama ini, aksi terorisme dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam. Karena itu, dirinya bersama Kiai Hasyim berupaya membuka ruang dialog antar-golongan untuk menyamakan persepsi Islam itu memberikan kedamaian bagi seluruh alam.
"Jadi berkembang aliran yang salah di dunia Islam. Oleh karena itu, pengobatannya saya dan Pak Kiai Hasyim membangun proses dialog di dalam dunia Islam sendiri. Sunni, Syiah dan golongan-golongan lain mendorong Islam yang bersatu, itu pertama," ujar Hassan.
"Kedua kita juga bangun dialog antar-agama, antar-budaya, di Asia Pasifik juga Asia Eropa, dan bilateral Indonesia dengan banyak negara. Dengan kesertaan para tokoh agama di bawah kepemimpinan Pak Kiai Hasyim," sambung dia.
Hassan mengakui diplomasi Indonesia dengan negara lain tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Perlu peran serta masyarakat, terutama tokoh-tokoh agama untuk menciptakan dunia yang aman dan damai.
Sepeninggal Kiai Hasyim, dialog-dialog antar-golongan, antar-agama diharapkan terus dilakukan untuk menciptakan kedamaian dunia.
"Karena itu, yang kurang memang dialog baik di dalam dunia Islam maupun antara dunia Islam dengan Barat dan dengan agama lain," ucap dia.
Â