Komisi III DPR Harap Banding Jaksa Ahok Bukan Diskriminatif

Kebijakan dari Kejagung, diperlukan agar banding Ahok yang ditempuh JPU menjadi berdasar dan tidak diskriminatif.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 06:30 WIB
20170509-Sidang Vonis Ahok-Pool
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berjalan menuju kursi terdakwa di ruang persidangan Kementerin Pertanian (Kementan), Jakarta, Selasa (9/5). Ahok menghadapi sidang vonis kasus dugaan penodaan agama hari ini. (Liputan6.com/Kurniawan Mas'ud/pool)

Liputan6.com, Jakarta - Kejaksaan Agung (Kejagung) memastikan akan mengajukan banding terkait vonis 2 tahun penjara Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Anggota Komisi III DPR Arsul Sani mengharapkan, banding tersebut berdasarkan kebijakan Kejagung.

"Selama ini yang kita ketahui kebijakan banding yang ditetapkan kejaksaan apabila vonis hakim kurang dari 2/3 tuntutan jaksa. Untuk kasus Ahok perlu ada 'policy'," ujar Arsul di Jakarta, Selasa, 16 Mei 2017, dilansir Antara.

Kebijakan dari kejaksaan, ia mengatakan, diperlukan agar langkah banding yang ditempuh JPU menjadi berdasar dan tidak diskriminatif. "Jangan di kasus Ahok JPU banding, lalu di kasus lain tidak banding. Diskriminatif," ujar dia.

Sebelumnya Ahok divonis dua tahun penjara atas kasus penodaan agama. Kuasa hukum Ahok telah menyatakan akan mengajukan banding atas vonis tersebut agar kliennya memperoleh keringanan.

Di sisi lain Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga menyatakan akan mengajukan banding atas vonis hakim.

JPU mendakwa Ahok dengan dua dakwaan alternatif, yakni Pasal 156a huruf a KUHP dan Pasal 156 KUHP. Jaksa menyebut Ahok terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 156 KUHP pada dakwaan subsider.

Sementara majelis hakim menyatakan Ahok terbukti melakukan penodaan agama sebagaimana dakwaan primer dengan Pasal 156a huruf a KUHP.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya