Liputan6.com, Semarang - Tewasnya taruna Akademi Kepolisian (Akpol) Brigadir Polisi Dua Taruna Mohammad Adam akibat penganiayaan oleh seniornya, dinilai dipicu adanya primordialisme kedaerahan. Karenanya akan ada evaluasi korps per daerah, dan diputuskan untuk ditiadakan. Almarhum Bripdatar Mohammad Adam sendiri tergabung dalam korps Himpunan Indonesia Timur (HIT).
Wakapolri Komjen Pol Syafruddin mengatakan evaluasi dan pembenahan dilakukan agar peristiwa yang menimpa Mohammad Adam tidak lagi terulang. Hal itu disampaikan Wakapolri usai memberi kuliah umum kepada seluruh Taruna Akpol di gedung Catur Prasetya Graha Cendikia.
Baca Juga
"Sudah saya berikan arahan Gubernur (Akpol), Kalemdiklat untuk melakukan revitalisasi dan perubahan kultur," kata Syafruddin di Akpol, Semarang, Senin (22/5/2017).
Advertisement
Tak ada lagi korps per daerah untuk melakukan kegiatan. Kini di Akademi Kepolisian (Akpol) hanya ada korp Indonesia, tidak ada per daerah.
"Dievaluasi, akan dihentikan, tidak ada lagi, yang ada korps Indonesia, tidak ada korps daerah," kata Wakapolri.
Sebelumnya, Gubernur Akpol, Irjen Pol Anas Yusuf menjelaskan, sebenarnya kegiatan satu Korps merupakan kegiatan positif, namun kali ini disalahgunakan dengan adanya tindak kekerasan. Korps itu sebenarnya untuk meningkatkan pembelajaran, tapi ini disalahgunakan.
"Saya sama pak Kapolda (Irjen Pol Condro Kirono) satu korps. Sudah disampaikan keras berulang kepada Taruna agar tidak dilakukan hal seperti itu," kata Anas hari Sabtu (20/5) lalu.
Untuk diketahui, Mohammad Adam tewas setelah dianiaya Taruna Tingkat III yang masih satu korps hari Kamis (18/5) dini hari lalu. Ada 14 Taruna Tingkat III yang ditetapkan sebagai tersangka dalam peristiwa tersebut.