Menteri Yohanna: Tak Boleh Ada Bullying dan Pemukulan di Sekolah

Menurut Menteri Yohanna, apa pun alasannya, ada jalan keluar yang jauh lebih baik ketimbang harus memakai kekerasan.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 27 Mei 2017, 07:14 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2017, 07:14 WIB
Yohanna Yembise
Yohanna Yembise datang ke rumah duka putra Menteri Susi Pujiastuti

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Yohanna Yembise mengaku geram melihat oknum guru yang masih menggunakan kekerasan untuk mendidik anak muridnya. Dia menegaskan, dalam lingkungan sekolah, haram ada peristiwa pemukulan apalagi bullying.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Yohanna terkait beredarnya video oknum guru wanita yang menampar keempat muridnya dan viral. Menurutnya, apa pun alasannya, ada jalan keluar yang jauh lebih baik ketimbang harus memakai kekerasan. Apalagi perbuatan itu dilakukan dalam kelas.

"Sekolah haruslah ramah anak. Kami Kementerian memastikan tidak boleh ada bullying, kekerasan, saling memukul guru ke anak atau anak sama anak, apalagi anak perempuan. Anak-anak itu dilindungi dan ada undang-undang menjamin anak-anak harus selamat dari bullying atau kekerasan," kata Menteri Yohanna di Masohi, Maluku Tengah, Jumat (26/5/2017).

Untuk itu, ia melanjutkan, seluruh komponen yang ada di dalam lingkungan sekolah harus memahami, anak-anak merupakan masa depan bangsa yang harus dijaga. Menteri Yohanna juga menuturkan, anak-anak masih sangat mudah meniru perilaku orang dewasa.

"Anak itu emas yang harus dijaga kilaunya. Tidak boleh ada rokok apalagi narkoba. Kalau guru mau merokok, jangan di sekolah. (Guru) harus keluar pagar sana agar anak tidak melihat dan meniru. Sediakan hak-hak anak seperti kantin dan klinik dalam sekolah," ujar dia.

Dia juga menegaskan, saat ini tinggal kemauan dan komitmen pemimpin daerah untuk memenuhi hak anak. Untuk itu, dia meminta Gubernur Maluku Said Assagaff, dan pemimpin dari sembilan kabupaten/kota di Maluku untuk berkomitmen berkampanye Bersama Lindungi Anak (Berlian) dan bersama-sama mewujudkan gerakan dunia World Fit for Children dan Indonesia Layak Anak (IDOLA) pada 2030 mendatang.

"Saya mohon perhatiannya, komitmen bersama melindungi anak-anak mohon diperhatikan. Ini tergantung pejabat-pejabat di daerah. Seperti di Jawa Timur dan Tengah sudah mulai di sana. Di Kota Ambon kan Maluku the city of music, nah itu bisa disampaikan pesan-pesan lewat musik," ujar dia.

"Seperti di Makassar itu ada shelter-shelter untuk korban anak-anak ditaruh di rumah warga itu. Kalau itu bisa dibuat disini bisa lebih baik lagi," Menteri Yohanna memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya