Imam Besar Istiqlal: Hidup dalam Keberagaman Itu Perintah Alquran

Alquran dalam Surat An Nahl ayat 93 menjelaskan, Allah memang menciptakan manusia beragam, tidak dalam satu kaum.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 06 Jun 2017, 13:04 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2017, 13:04 WIB
Nasaruddin
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta - Keberagaman dan Pacasila di Indonesia mulai diganggu dari berbagai sisi. Sejumlah kalangan seolah tak lagi percaya dengan kebinekaan yang menjadi dasar berdirinya Indonesia.

Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menjelaskan, sebuah negara tidak bisa diisi dengan satu kaum saja. Bahkan, Alquran dalam Surat An Nahl ayat 93 menjelaskan, Allah memang menciptakan manusia beragam, tidak dalam satu kaum.

"Masyarakat yang heterogen itu yang penting bagaimana wa'tasimu bihablillahi jami'a, berpegangan pada satu tali, command platform-nya ini yang penting," kata Nasaruddin dalam tausiah di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin, 5 Juni 2017.

Dalam konteks Indonesia, tentu tidak mungkin menyatukan Indonesia dalam pengertian homogen. Karena itu, menurut dia, biarlah tetap pada masing-masing tapi berpegang satu pegangan universal yang merujuk pada wa'tasimu bihablillahi jami'a.

"Berpegang pada satu tali. Kalau kita di sini mungkin itulah Pancasila itu. Ini perintah Alquran bukan perintah siapa-siapa," ujar Nasaruddin.

Selain itu, sebuah masyarakat yang beragam dan heterogen tentu harus menjaga persatuan antarsesama sehingga tidak terpecah belah atau tercerai berai. Alquran mengisyaratkan untuk hidup dalam sebuah perbedaan dan keberagaman.

Allah tentu tidak akan melihat seseorang dari asalnya, sukunya, etniknya, bangsanya, negaranya. Allah akan melihat seseorang dari tingkat ketakwaannya.

"Jadi tidak mesti kita menjadi etnik tertentu, bangsa tertentu, kita tetap bisa menjadi Indonesia, tetap beribadah tapi Allah memberikan tempatnya, inilah Islam," tegas Nasaruddin.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya