Miliki KIP dan KIS, Anak Pemulung di Bekasi Merasa Sulit Bersekolah

Para orangtua murid yang rata-rata berprofesi sebagai pemulung protes, lantaran anaknya sulit untuk bersekolah.

oleh Galuh Garmabrata diperbarui 11 Jul 2017, 07:10 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2017, 07:10 WIB

Fokus, Bekasi - Ratusan orangtua, Senin, 10 Juli 2017 pagi, mendatangi SMK Negeri 2 Kota Bekasi. Para calon wali murid warga sekitar Kecamatan Bantargebang, Bekasi ini, memprotes pihak sekolah. Pasalnya, anak-anak mereka yang lulus di tingkat SMP tahun ini, ditolak untuk bersekolah di SMK Negeri 2 Kota Bekasi.

Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Selasa (11/7/2017), para orangtua yang kebanyakan pemulung ini meminta pihak sekolah agar menerima anak-anak mereka. Padahal pihak SMK Negeri 2 Kota Bekasi pernah berjanji menerapkan sistem zonasi. Artinya, warga sekitar dapat diterima di sekolah tersebut jika memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Kisruh penerimaan peserta didik baru juga tampak di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ratusan orang tua murid mendatangi ruang rapat kantor Dinas Pendidikan Kota Kendari. Mereka meminta sistem pendaftaran online dibatalkan, karena tidak sesuai peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Para wali murid tersebut juga menduga ada permainan tidak sehat dalam pendaftaran di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Kendari. Sebab banyak murid baru diloloskan, meski nilainya diklaim di bawah nilai anak-anak mereka. Sementara itu, pihak Pendidikan Dinas Kota Kendari yang dikonfirmasi, belum mengambil kesimpulan ataupun tindakan terkait protes para orang tua siswa tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya