Wiranto Sebut Pertemuan Manado Tentukan Langkah RI soal Filipina

Menko Polhukam Wiranto mengatakan pertemuan di Manado 29 Juli akan menentukan langkah Indonesia untuk membantu Filipina atau tidak.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 27 Jul 2017, 04:38 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2017, 04:38 WIB
Pro dan Kontra Pembubaran HTI
Menkopolhukam Wiranto memberikan keterangan terkait isu pro dan kontra pembubaran ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Jakarta, Jumat (12/5). Pemerintah menyatakan tidak akan berkompromi dengan ormas yang mengancam NKRI. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto mengatakan pertemuan di Manado 29 Juli mendatang akan menentukan langkah Indonesia untuk membantu Filipina atau tidak. Dia menuturkan segala kemungkinan bisa diambil oleh pemerintah RI.

Pada 29 Juli 2017 akan diadakan Sub Regional Meeting on Foreign Terrorist Fighters and Cross Border Terrorism. Indonesia akan menjadi tuan rumah dan diikuti oleh New Zealand, Australia, Brunei Darusalam, Malaysia, serta Filipina.

"Apakah kita akan masuk pada wilayah cyber-nya, apakah kita masuk wilayah keleluasaan gerakannya dengan patroli maritim bersama, apakah kita tukar menukar informasi dan pengalaman, apakah kita bersama-sama melakukan pembelajaran bagaimana fighter terrorist yang kembali ke wilayah masing-masing negara, apakah kita mencoba memotong jalur-jalur logistiknya, itu semua kita akan rundingkan di sana," kata Wiranto di Jakarta, Rabu 26 Juli 2017.

Dia menuturkan, Indonesia banyak mendapat sambutan baik dari negara lain dalam penanganan terorisme. Pasalnya, pemerintah terus mengedepankan dengan cara soft approach.

"Khusus Indonesia mendapatkan apresiasi karena tidak melaksanakan dari sudut hard approach dengan melaksanakan langkah tegas dan keras tapi di hulu kita cegat dengan operasi soft approach," Wiranto menjelaskan.

Sebelumnya, Menlu Retno LP Marsudi menuturkan, sebagaimana yang disampaikan Presiden Joko Widodo, Indonesia mempunyai kekuatan dalam pendekatan yang halus atau soft power dalam pemberantasan terorisme. Sehingga, salah satu yang dilakukan adalah melakukan kerja sama dengan berbagai negara.

"Yang membedakan Indonesia adalah pendekatan hard power dan soft power. Terutama soft power approach, seperti apa kata Presiden, Indonesia memberikan pengalaman yang banyak sekali. Itulah yang kita lakukan dalam pertemuan sub regional kali ini," kata Retno.

Saksikan video berikut ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya