Kelompok Intoleran dan Radikal Tumbuh Subur di Indonesia, Kenapa?

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif mengungkapkan alasannya saat menjadi salah satu pembicara dalam dialog tokoh agama.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 04 Agu 2017, 14:27 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 14:27 WIB
20170804-Muhammadiyah-Yogyakarta-Syafii Maarif
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kelompok intoleran dan radikal tumbuh subur di Indonesia. Terorisme belum tercerabut akarnya. Sejumlah orang masih memandang sebelah mata kelompok tertentu. Kenapa?

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif mengungkapkan alasannya saat menjadi salah satu pembicara dalam dialog tokoh agama Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Hotel Jayakarta, Yogyakarta, Kamis 3 Agustus 2017.

"Ada dua alasan, yakni belum terwujudnya prinsip keadilan sosial dan ekonomi, serta ideologi impor yang disebut misguided Arabisme atau Arab yang salah arah," ujar Maarif di hadapan para tokoh agama.

Tak cukup di situ, kondisi ini diperparah dengan sejumlah orang yang menggeneralisasikan kelompok yang terkena misguided Arabism itu sebagai Islam. Padahal, belum tentu mereka memahami Islam dan tidak semua orang Arab menyetujui kelompok radikal.

Contoh, ISIS lebih banyak membunuh orang Islam yang berbeda pandangan. Alasannya, mereka punya teologi monopoli kebenaran.

Dia menilai, persoalan dunia Arab itu sedang berada di titik nadir peradaban. Arab dianalogikan sebagai orang yang terlalu lama kalah dari perlombaan peradaban, baik secara ilmu, teknologi, dan sebagainya.

"Orang yang sedang kalah dan semua kalah tidak pernah stabil. Ingat kemarin ada Arab Spring, itu protes terhadap penguasa dan ulama, tetapi gagal juga," ucap Syafii Maarif.

Dia juga mengutip Surat Yunus ayat 99 yang berisi, "Sekiranya Tuhanmu menghendaki, maka akan berimanlah seluruh penduduk Bumi, apakah engkau Muhammad ingin memaksa manusia agar beriman, itu bukan tugasmu."

Menurut dia, Islam memiliki pedoman yang kuat tentang toleransi. Pedoman ini adalah Alquran.

"Quran adalah kitab suci paling toleran asal ditafsirkan dan dipahami secara benar. Celakanya, sebagian orang Islam tidak mau mengacu pada ayat itu, mereka mengacu syahwat kekuasaan yang luar biasa, Tuhan dibajak. Kelakuan sebagian kecil orang Islam mengkhianati ayat itu," ucap Maarif.

Saksikan video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya