Kepala BNN: Saya Punya Peta Jaringan Narkoba di Kalangan Artis

Komjen Pol Budi Waseso bercerita panjang lebar soal masalah narkotika dari pencegahan, pengungkapan kasus, hingga tertangkapnya Tora Sudiro.

oleh Mufti Sholih diperbarui 09 Agu 2017, 20:06 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2017, 20:06 WIB
Kepala BNN Komjen Budi Waseso
Wawancara khusus bersama Kepala BNN Komjen Budi Waseso (Liputan6.com/Heppy Wahyudi)

Liputan6.com, Jakarta - Tora Sudiro ditangkap polisi. Ia ditangkap lantaran mengonsumsi Dumolid, yang tak lain obat tidur, tanpa resep dokter.

Penangkapan Tora menambah daftar panjang selebritas Indonesia yang terjaring kasus narkotika dan obat-obatan. Perkara ini bukan perkara biasa. Badan Narkotika Nasional mendapati angka pengungkapan kasus ini naik signifikan setiap tahun.

“Ini harus disikapi serius. Ini bukan mainan,” kata Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso.

Mantan Kabareskrim Polri ini mengakui, BNN tak lelah berperang dengan cartel narkotika di nusantara, Bagi dia, perang melawan narkotika merupakan jihad. Lantaran, narkotika merusak akar dari sebuah bangsa. 

Pada Jumat 4 Agustus 2017, sehari setelah Tora ditangkap Polres Jakarta Selatan, Budi Waseso menerima kunjungan Liputan6.com di kantornya di bilangan Cawang, Jakarta Timur.

Buwas bercerita panjang lebar soal masalah narkotika dari pencegahan dan pengungkapan kasus hingga tertangkapnya Tora Sudiro dan dugaan keterlibatan negara lain dalam menunggangi kasus Fidelis Arie Sudarwoto, pria yang dibui karena menanam ganja dengan dalih medis.

Berikut petikan wawancaranya:

Selebritas dan Narkoba

Selebritas atau artis sering ditangkap. Kenapa bisa begitu?

Selebritas rentan penyalahgunaan, karena mereka tidak mengantisipasi. Mereka rentan dari lifestyle, finansial, lingkungannya.

Seberapa rentan?

Pangsa pasar narkotika di kalangan selebritas ini cukup besar. Terus terang. Karena lifestyle, finansial, dan lingkungannya mendukung.

Sekarang ini ada salah satu selebritas (Tora Sudiro) menggunakan obat tidur tetapi tidak ada rekomendasi atau resep dari medis, itu salah, karena sudah termasuk dalam penyalahgunaan. Saya punya data, fakta, dan peta jaringan yang bekerja di lingkungan selebritas.

Anda menargetkan mereka?

Saya me-warning.

Bukan menargetkan?

Bukan. Tapi karena public figure, saya harus sampaikan dulu sebagai warning.

Pretty Asmara ditangkap oleh Subdit 2 Ditresnarkoba pada hari minggu (16/07/2017), dengan barang bukti sabu 2,03 gram, Ekstasi 23 butir, Happy Five 38 butir dan uang tunai 25 juta, Jakarta, Selasa (18/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Memang ada yang ‘nakal’ saat diperingatkan?

Pretty (Pretty Asmara-red). Saya jadikan penggiat anti narkoba dengan maksud dia cepat bergeser dari keterlibatan jaringan. Tapi dia malah menganggapnya berbeda. ‘Ah saya dipercaya BNN dan saya bagian dari BNN, maka saya pasti aman.’

Akhirnya Pretty harus ditangkap?

Ya salah sendiri, kan saya sudah warning. Maka langkah-langkah penegakan hukum tetap saya lakukan. Jadi saya tidak pilih kasih.

Hanya Pretty?

Kami akan melakukan tindakan yang lebih tegas terhadap salah satu selebritas. Saya warning ya. (Selebritas yang dimaksud bukan Tora Sudiro, karena wawancara ini dilakukan selepas penangkapan Tora).

Siapa?

Saya tidak mau menciri-ciri itu tidak fair ya. Bukan saya mengancam, tapi saya harus menyampaikan.

Kalau yang ini jadi target?

Kalau itu sudah saya ingatkan tapi dia tetap, berarti unsur kesengajaannya jelas.

Narkoba di Indonesia

Memang separah apa kondisi peredaran narkoba di Indonesia saat ini?

Seperti yang kita lihat sekarang. Ini menggambarkan kondisi narkotika di negara kita, dari tahun ke tahun selalu meningkat. Namun kita menanganinya dengan biasa-biasa saja.

Maksudnya?

Permasalahannya sangat luar biasa. Belum lagi kalau kita bukan bicara jumlah, tapi jenis. Jenis narkoba baru yang beredar di Indonesia sudah banyak. Sudah ada 66 yang kita temukan, dari 800 jenis baru di dunia.

Memang jumlahnya berapa?

Data dari Tiongkok 2016 yang dikuatkan Myanmar, produk narkotika yang dari sana dikirim ke Indonesia itu 250 ton. Itu terus masuk ke kita sampai hari ini.

Artinya peredaran dan konsumsinya masif?

Bayangkan, satu gram buat lima orang. Kalau 250 ton dikalikan 5, berapa banyak manusia? Kalau kita bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, berarti sebagian besar sudah merasakan dong.

Bagaimana mungkin narkotika dengan jumlah sekian banyak masuk ke negara kita, kalau tidak dengan masalah pangsa pasar kita yang besar. Demand kita ini besar, maka supply-nya besar.

Infografis Penyalahgunaan Narkoba 2005-2015 (Liputan6.com/Abdillah)

Selain Tiongkok, ada jaringan negara lain yang bermain?

Jaringan-jaringan di Filipina berpindah ke Indonesia. Dua bulan yang lalu ditemukan satu kontainer dari jaringan Filipina yang akan masuk ke Indonesia dan digagalkan Thailand.

Ada ekses dari kebijakan Presiden Duterte?

Adanya ketegasan yang dilakukan di Filipina berdampak negatif di Indonesia.

Artinya perlu langkah serius?

Ini harus disikapi serius. Ini bukan mainan.

Keseriusan pemerintah sejauh apa? Bukankah dulu ada program Bebas Narkoba 2015?

Presiden bicara tapi pembantu presiden tidak berbuat. Maka itu tidak terjadi. 2015 itu Indonesia bebas sebebas-bebasnya menggunakan narkotika. Itu yang terjadi. Harus kita akui.

Maksudnya, ada yang tak mendukung pemberantasan?

Sekarang saya tanya, kementerian lembaga apa yang tidak terlibat dengan program Presiden tentang narkotika? Semua terlibat kan? Sekarang saya tanya kembali, apakah semua kementerian lembaga sudah membuat program tentang narkotika? Nah itu jawaban saya.

Saya tidak akan menuduh siapa-siapa. Coba kalau semua kementerian dan lembaga membuat program dan melaksanakan dengan bidang masing-masing, maka selesailah masalah narkotika di negara kita.

Fidelis dan Ganja

Masyarakat sempat memberi empati kepada Fidelis Arie Sudarwoto?

Inilah pemikiran-pemikiran yang tidak sadar. Ini adalah pemikiran-pemikiran bandar jaringan narkotika dengan memanfaatkan LSM atau penggiat untuk melegalkan, untuk percepatan mengedarkan dan tujuan akhirnya percepatan kehancuran generasi bangsa ini 

Anda memandang kasus Fidelis seperti apa?

Fidelis itu terbukti bersalah, apapun keputusannya, lama sebentarnya putusan itu membuktikan bahwa itu pelanggaran hukum. Jadi tidak ada pembenaran sama sekali, untuk pengobatan, untuk menyelamatkan, untuk kemanusiaan. Mana buktinya?

Anda tidak percaya ganja bisa menyembuhkan?

Hari ini belum ada pernyataan medis di dunia bahwa ganja itu dapat mengobati penyakit. Pembuktiannya belum ada.

Bagaimana dengan klaim Fidelis tentang istrinya yang membaik?

Ganja itu mempengaruhi orang berhalusinasi. Apakah itu sembuh? Tidak. Ini yang harus kita pahami. Istri Fidelis secara medis dinyatakan berat, maka dipulangkan. Kemudian ada yang memberikan informasi jika memakai ganja akan dapat menyembuhkan penyakit. Begitu dia kasih ada reaksi yang menurut dia reaksi positif. Bukan dari pernyataan medis hanya pernyataan dia. Tetapi nyatanya reaksi itu akibat dari penggunaan ganja. Kita tidak boleh percaya begitu saja dengan katanya, karena harus berdasarkan fakta.

Karena sampai sekarang belum ada penelitian?

Undang-undang berpedoman kepada itu. Saya akan percaya selama adanya penelitian, pembuktian dan secara medis ganja untuk pengobatan. Tetapi memang ada tujuan dari narkotika untuk pengobatan. Morfin atau heroin itu untuk pengobatan. Itu diatur dalam undang-undang yang dapat digunakan atas rekomendasi dari medis.

Anda tadi sebut bandar manfaatkan kasus Fidelis?

Ini yang dibuat jaringan narkotika dan dibesarkan agar ganja ini dapat bebas dengan alasan-alasan itu.

 Fidelis Arie Sudewarto yang menanam ganja untuk pengobatan istri divonis hukuman penjara delapan bulan penjara dan denda Rp 1 miliar. (Foto: Istimewa/Liputan6.com/Raden AMP)

Berarti ada indikasi kasus Fidelis ditunggangi kelompok tertentu?

Pasti.

Kongkretnya?

Manusia ingin melegalkan karena diberikan dana besar oleh negara asing yang ingin membebaskan ganja. 

Jadi ada negara lain yang ikut berperan?

Kita harus belajar sejarah masa lalu.

Maksudnya, Belanda?

Tidak masuk akal jika ekstasi 1,2 juta dapat terbang melalu cargo pesawat ke Indonesia, padahal banyak pengamanan di bandara di Belanda. 

Beberapa wilayah yang ada di Belanda melegalkan ganja untuk digunakan. Itu merupakan kegagalan Belanda dalam mengatasi permasalahan narkotika.

Apa yang ingin Anda sampaikan kepada pendukung legalisasi ganja?

Saya hanya mengingatkan kepada LSM yang mendukung dan melegalkan ganja, Anda warga negara Indonesia bukan? Jika memang berkeras ingin melegalkan ganja, maka Anda sebaiknya menjadi warga negara Belanda. Jangan ada di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya