Megawati: Sekarang Orang Mudah Menghina karena Kehilangan Rasa

Menurut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, mental bangsa Indonesia saat ini sudah semakin kehilangan rasa atau hati.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Agu 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2017, 19:00 WIB
Megawati
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri melihat salah satu lukisan pada pameran lukisan koleksi Istana di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8). Pameran bertema Senandung Ibu Pertiwi tersebut menyajikan 48 karya dari 41 perupa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan, sekarang banyak orang mudah menghina atau merundung pihak lain.

"Kalau seperti kita kan mem-bullying (merundung) orang gampang. Kan contohnya kayak gitu. Saling menghina gampang," ucap Megawati saat mengunjungi pameran lukisan bertajuk "Senandung Ibu Pertiwi" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017).

Megawati menuturkan, ini contoh bahwa mental Bangsa Indonesia saat ini, sudah semakin kehilangan rasa atau hati.

"Karena saya lihat mental bangsa kita itu sudah makin berkurang, apa yang disebut orang Jawa, rasa (roso)," ujar dia.

Presiden kelima RI ini menjelaskan, kata "rasa" memang sulit diterjemahkan. Namun, itu harusnya masuk ke bagian kehidupan.

"'Rasa' itu sangat sulit sekali. Kalau ditanya secara pikiran, itu sulit. Tapi bisa diterjemahkan kalau orang yang ngerti 'rasa' itu. Sehingga itu bagian dari sebuah kehidupan berperadaban," ujar wanita yang juga menjabat Dewan Pembina Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) ini.

Generasi Muda Perlu Rasa

Megawati mengatakan generasi muda sejatinya bisa belajar tentang kekayaan budaya Indonesia melalui seni rupa.

"Bagi generasi muda, hal ini menunjukkan betapa kayanya kebudayaan Indonesia di bidang seni lukis, yang kami sebagai bangsa harus mengapresiasi," kata dia.

Megawati juga mengkritik mereka yang mengaku sebagai kolektor lukisan, tapi tak tahu bagaimana menggunakan rasa itu sendiri.

Karena itu, menurut Megawati, banyak generasi muda yang hanya mengikuti tren. Sehingga lupa makna sebenarnya, karena terpengaruh teknologi mutakhir.

"Sekarang ini kadang-kadang kalau saya lihat, banyak yang menyebut dirinya kalau kolektor. Tapi kan akhirnya lebih pada pelukis-pelukis yang hanya karena tren, ini harus dikoleksi," kata dia.

"Mungkin kalian ini, karena sudah saking majunya tekno, mungkin enggak ada lagi. Ketika kita yang tua-tua ini kita diajari dari sudut kebudayaan harus punya rasa," Megawati menandaskan.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya