Freeport Tutup Jalur Bus ke Jalan Tambang Utama

Aksi ini dilakukan hingga batas waktu yang tak ditentukan, hingga dilakukan peninjauan menyeluruh terhadap kerusakan yang telah ditimbulkan

oleh Katharina Janur diperbarui 20 Agu 2017, 14:57 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2017, 14:57 WIB
PT Freeport Indonesia
5 Kejadian Tragis yang Dialami Karyawan PT Freeport Indonesia

Liputan6.com, Jakarta PT Freeport Indonesia (PTFI) menunda seluruh konvoi bus dan cargo dari akses jalan tambang utama ke arah Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua atau sebaliknya.

Aksi ini dilakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan, hingga dilakukan peninjauan menyeluruh terhadap kerusakan yang telah ditimbulkan, pasca rusuh 1000-an pekerja yang dirumahkan atau furlough di Check Point 28 dan Gorong-Gorong.

Juru bicara PTFI Riza Pratama menyebutkan aksi pembakaran dan pengrusakan yang ditimbulkan dari rusuh pekerja itu merembet hingga ke Timika.

Data catatan PTFI, aksi rusuh itu menyebabkan 1 unit bus dan kantor dibakar, sejumlah sepeda motor juga ikut dibakar dan beberapa fasilitas di Timika mengalami kerusakan.

"Kami telah meminta seluruh karyawan untuk menghindari perjalanan kearah tersebut, sampai adanya pemberitahuan lebih lanjut dan selalu menjaga kewaspadaan saat bepergian di Timika," kata Riza, dalam pesan elektroniknya kepada Liputan6.com, Minggu (20/8/2017).

Pasca rusuh tersebut, manajeman tetap berkomitmen untuk melindungi para pekerja dan mematuhi seluruh aturan hukum yang berlaku.

"Keamanan dan keselamatan karyawan merupakan prioritas utama kami," jelas Riza.

Manajemen PTFI bahkan menyediakan hotline bagi karyawan, untuk melaporkan segala bentuk situasi gawat darurat, serta kejadian kriminal maupun aktivitas yang mencurigakan.

Sementara itu, Sekretaris Hubungan Industrial Serikat Pekerja PTFI Tri Puspital menyebutkan, sampai sore ini tak ada lagi pekerja yang berkumpul.

"Sejumlah polisi terlihat membongkar sekitar 20 posko pekerja, mulai dari Sekretariat PUK hingga pimpinan cabang Serikat Pekerja yang berada di Jalan Pendidikan, Kartini dan Budi Utomo," jelasnya.

SPSI mencatat ada ribuan pekerja yang dirumahkan, sampai saat ini nyambi kerja sebagai pengemudi ojek dan tukang bangunan.

"Pekerja berharap ada kejelasan dari perusahaan dan mereka melakukan pekerjaannya saat ini, supaya dapur tetap ngebul, untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya," ujar Tri Puspital menambahkan.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya