Liputan6.com, Jakarta - Selain diduga digunakan untuk membeli sejumlah aset berupa mobil dan rumah mewah di Indonesia, bos First Travel rupanya membelanjakan uang yang dikumpulkan dari ribuan orang jemaah untuk membeli aset di luar negeri.
Salah satunya, aset di Inggris berupa restoran. "Itu bukan cabang (First Travel). Menurut tersangka dia beli restoran di Inggris, ini salah satu aset juga," kata Direktur Tindak Pidana Umum Brigadir Jenderal Polisi Herry Rudolf Nahak, di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Baca Juga
Penyidik, kata Herry, saat ini tengah mendalami terkait aset yang berada di Inggris tersebut.
Advertisement
"Kami sedang mengecek. Pertama dari dokumen yang dimiliki terkait kepemilikan restoran di sana," beber Herry.
Dari pendataan dokumen yang didapat penyidik, jumlah calon jemaah umrah promo terdaftar dari Desember 2016 hingga Mei 2017 mencapai 72.682 orang.
"Semuanya sudah bayar," kata Herry.
Dari jumlah tersebut yang sudah diberangkatkan mencapai 14 ribu orang. Sementara yang belum diberangkatkan 58.682 orang.
Bila dihitung kerugian, mereka yang membayar saja mencapai Rp 839.152.600.000. Setiap orang dimintai Rp 14,3 juta untuk perjalanan umrah yang dijanjikan ditambah paket carter pesawat Rp 9.547.500.
Selain ke para calon jemaah umrah, First Travel juga berutang ke beberapa rekanan mereka, seperti utang tiket yang belum dibayar sebesar Rp 85 miliar, ke provider yang menyiapkan visa Rp 9,7 miliar, serta hotel di Mekah dan Madinah Rp 24 miliar.
"Ada tiga hotel di Mekah dan Madinah," ujar Herry.
Saksikan video menarik di bawah ini: