Cara Canggih Saracen Sebar Pesan Kebencian

Jaringan Saracen terdiri dari inti, pendukung, dan followers atau pengikut.

oleh Devira PrastiwiNila Chrisna YulikaAndrie Harianto diperbarui 27 Agu 2017, 00:05 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2017, 00:05 WIB
Infografis Sindikat Saracen
Infografis Sindikat Saracen

Liputan6.com, Jakarta - Polisi mengakui kehebatan Jasriadi alias JAS, ketua jaringan penyebar ujaran kebencian Saracen dalam menggunakan internet.

Kasubdit 1 Dit Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Pol Irwan Anwar, mengatakan Jasriadi adalah orang yang cerdas. Dia belajar siber otodidak.

Tak heran, Saracen memiliki 800.000 pengikut. Baik didapat dengan cara ilegal atau pengguna Facebook yang sukarela mem-follow Saracen.

Analis Kebijakan Madya bidang Penmas Divisi Humas Polri Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan jaringan Saracen terdiri dari inti, pendukung, dan followers atau pengikut.

"Secara umum akun yang masuk atau terlibat dalam Saracen ini dan grup-grup lainnya itu 800 ribu akun, dengan inti mereka menyatakan mereka sendiri lansung mengendalikan 2.000 akun, berarti ada akun yang dibuat follower masing-masing," ujar Pudjo di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017).

Dia menjelaskan, agar bisa langsung dapat followers atau pengikut, maka Saracen membajak akun lain. Akun yang dibajak itu, kata Pudjo, sudah memiliki banyak followers atau berpotensi memiliki banyak followers.

"Mereka akui untuk dapat follower dengan cepat melakukan hijact account," ucap Pudjo.

Lebih lanjut, Pudjo mengatakan, ada kemungkinan korban yang diretas itu akan dipanggil kepolisian untuk dimintai keterangan.

"Bisa jadi yang di-hijact bisa memiliki platform pola pikir yang negatif atau kelompok yang suka share juga, ataupun mungkin mereka memang kelompok yang netral. Tapi mereka (Saracen) lihat akun yang punya potensi follower besar," papar Pudjo.

Jasriadi sendiri mengaku memiliki kemampuan meretas jaringan media sosial. Dia belajar secara autodidak di internet. Bahkan, dia belajar secara khusus tentang Facebook.

"Jadi tidak ada namanya kita diajari orang, prosesnya panjang sekali. Waktu itu saya mempelajari dasar-dasar Facebook, saya membuka kode source. Kebetulan di bawahnya ada pengembang developer-nya, orang India," kata dia.

"Beliau menjual program dasar-dasar FB (Facebook), saya pelajari dari situ. Saya beli waktu itu pembayarannya pakai Paypal," Jasriadi mengklaim.

Saksikan video di bawah ini:

Awal Mula Terbentuk

Tersangka kasus penyebaran ujaran bernada kebencian lewat internet digiring polisi usai rilis di Jakarta, Rabu (23/8). Tiga tersangka masuk dalam satu kelompok. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Jasriadi, yang merupakan ketua sindikat ini, mengklaim kelompok ini terbentuk untuk menghancurkan kelompok grup media sosial lain, yang menurutnya melakukan ujaran kebencian.

"Saracen awalnya terbentuk begitu saja, setelah kita hack grup yang namanya--ada kata binatang," ujar Jasriadi dalam wawancara khusus bersama Liputan6.com, Bareskrim, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis, 24 Agustus 2017.

"Nah, di situ isi dalam grup itu ujaran kebencian banyak, dan kami sebagai tim yang punya keahlian ingin menghancurkan grup tersebut," dia melanjutkan.

Dari situlah, kata Jasriadi, pihaknya mulai menghimpun jaringan melalui media sosial untuk menghancurkan grup tersebut.

"Ternyata grup itu admin-adminnya banyak yang menyamar. Nah, saya merasa terpanggil untuk menghancurkan (grup) itu. Saya coba mengambil-alih grup itu," ujar dia.

Nama Sarecen sendiri, kata Jasriadi, berarti perjuangan di media sosial. Namun, dia tidak menjelaskan tujuan perjuangan yang dimaksud.

"Waktu itu kita menggunakan Saracen, Saracen ini yang membuat nama si Ropi--Ropi Yatman tak lain mantan pacar tersangka Sri Rahayu Ningsih. Dia ambil dari (internet). Kalau enggak salah artinya perjuangan di media sosial," ujar Jasriadi.

Motif Ekonomi

Petugas meletakkan barang bukti kasus penyebaran ujaran bernada kebencian lewat internet jelang rilis di Mabes Polri Jakarta, Rabu (23/8). Tiga tersangka ditangkap polisi terkait kasus ini. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Analis Kebijakan Madya bidang Penmas Divisi Humas Polri Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono mengungkapkan jika kelompok Saracen ini menyebar ujaran kebencian melalui media sosial dikarenakan motif ekonomi.

"Sementara dari fakta hukum itu mereka motif umumnya adalah ekonomi. Walaupun nama apakah Saracen arti yang lain, motif ekonomi ini yang sudah arah mereka membuat kelompok ini," kata Pudjo.

Pembuatan Saracen ini, menurut Pudjo, sesuai dengan pesanan untuk menyebarkan ujaran kebencian.

"Mereka ini motif ekonomi, dalam arti kalau kita liat ada supply dan demand. Jadi mereka lihat pasar, kayak orang musim hujan jualannya sekoteng," terangnya.

Bahkan mereka membuat proposal bagi siapapun kelompok atau perorangan yang membutuhkan jasa mereka.

Dalam proposal itu, disebutkan bahwa jika ingin menggunakan jasa Jasriadi, maka bisa melalui CV Jadi Jaya dengan dikenakan tarif Rp 72 juta perbulan atau perpaket.

Harga paket yang ditawarkan Saracen adalah:

1. Pembuatan website atau blog Rp 15 juta perbulan
2. Jasa untuk buzzer dengan jumlah 15 orang masing-masing dihargai Rp 3 juta. Sehingga totalnya Rp 45 juta
3. Jasa untuk koordinator Rp 5 juta
4. Jasa untuk media Rp 7 juta

Lebih lanjut, Pudjo menjelaskan, yang menjadi tugas besar dari pihak kepolisian sekarang ini adalah bagaimana proses manajemen dari Saracen ini.

"Juga gimana proses rekrutmen anggota dan kendali operasinya. Masih banyak yang masih menjadi pertanyaan untuk proses penegakan hukum ini," tutur Pudjo.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya