Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku baru mengetahui adanya pil PCC. Untuk mencegah pil ini beredar di Ibu Kota, Djarot berharap Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) diperkuat.
"Makanya perkuat BNNP, kemarin sudah kita sampaikan BNNP ini kan, kita ini kan mau perang nih, perang pada narkoba. Tapi sarananya minim, sistemnya minim, gedung tidak repersentatif," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Baca Juga
Akibat masih minimnya sarana BNNP DKI Jakarta, Djarot mengaku saat ini sedang membangun gedung yang besar di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk nantinya dipakai BNNP.
Advertisement
"Saat ini sedang kita siapkan bangun gedung yang besar di Tanah Abang untuk nanti kita pakai pada BNNP sehingga dia punya gitu loh. Ada gedung khusus, rehabilitasi, termasuk juga ada tempat menginap mereka yang ketangkep. Kalau sekarang kan tidak," paparnya.
"Makanya kita komitmen kalau mau perang betul pada narkoba, harus tidak boleh setengah-setengah, termasuk memberikan dukungan pemprov. Lalu pemprov memberikan dukungan penuh terhadap pencegahan dan penindakan," kata dia.
Namun, mantan Wali Kota Blitar ini juga berharap para petugas BNNP betul-betul mempunyai hati, jiwa, dan semangat agar tidak mudah dipengaruhi pemakai atau pengedar, seperti menyuap dan diajak main.
"Dengan cara seperti ini mah bersih betul. Kemudian dari hulu sampai hilir, kalau Anda tanyakan tadi hilirnya, hulunya di mana? Artinya, hulunya itu bandarnya siapa? Pemasoknya siapa? Distributornya siapa? Jangan yang remeh temeh, ini harus dipegang terus," tegas Djarot.
Geger di Kendari
Sebelumnya, warga Kendari, Sulawesi Tenggara, digegerkan dengan maraknya penyalahgunaan obat Paracetamol Cafein Carisoprodol (PCC). Obat PCC yang menimbulkan efek halusinasi itu dijual dengan harga miring, yakni Rp 25 ribu per 20 butir.
Obat berbentuk pil bertuliskan PCC ini menyebabkan 64 orang harus dirawat di beberapa rumah sakit di Kendari.
Bocah berusia 9 tahun adalah salah satu korban ganasnya obat PCC di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Bocah berinisial AD itu masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) di Kecamatan Kendari Barat. Saat ini, AD masih menjalani perawatan intensif di UGD RSJ Kota Kendari.
Cici (28), ibu AD, mengatakan bahwa anak laki-lakinya itu mengalami gejala awal pada Rabu, 13 September 2017. Melihat keanehan buah hatinya itu, Cici kemudian melarikan anaknya ke RSJ Kota Kendari keesokan harinya.
"Saya tidak tahu apa yang sudah dia makan atau minum, yang jelas waktu hari Rabu malam anak saya tiba-tiba demam, panasnya tinggi, dan seperti lumpuh. Besoknya baru saya bawa ke rumah sakit," kata Cici, Jumat (15/9/2017).
Selain demam tinggi, kata Cici, AD kadang berbicara sendiri dan bergerak lebih aktif dari biasanya. Namun, yang membuatnya semakin khawatir adalah anaknya tidak mau makan sama sekali.
"Lain-lain, karena dia bicara sendiri dan lincah sekali. Parahnya, dia tidak mau makan dari Rabu, hari ini baru bisa makan," ucapnya.
Cici menambahkan, pihak rumah sakit telah memberikan suntikan penenang karena AD sempat meronta saat tiba di rumah sakit. "Sudah membaik sekarang, karena diberi suntikan penenang," ujar Cici.
Jumlah korban akibat obat PCC di Kota Kendari terus bertambah. Pihak Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat saat ini jumlah korban sudah 68 orang.
Adisak mengungkapkan, sejumlah korban obat PCC saat ini telah dipulangkan ke rumah masing-masing karena berbagai alasan. Di antaranya karena kondisi korban yang sudah membaik dan ada pula yang karena pihak keluarga meminta agar anggota keluarganya dipulangkan.
Advertisement