Agus Yudhoyono: Jangan Lupakan Sejarah 1965

Agus Yudhoyono menilai peristiwa 1965 bisa meyakinkan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan ideologi paling tepat.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 20 Sep 2017, 20:15 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2017, 20:15 WIB
20160923- Mata Agus Yudhoyono Berkaca-kaca Saat Pidato-Jakarta- Faizal Fanani
Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan pidato di DPP Demokrat, Jakarta, Jumat (23/9). Menurut Agus mengambil keputusan berkarir di militer atau politik bukan hal yang mudah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute, Agus Harimurti Yudhoyono, menganggap peristiwa 30 September 1965 merupakan penggalan gelap sejarah bangsa Indonesia.

"Tetapi tidak boleh kemudian kita anggap itu tidak ada," ucap Agus di Graha Bimasena, Hotel Dharmawangsa, Jalan Brawijaya Raya Nomor, Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2017).

Dia justru menganggap peristiwa tersebut merupakan pengingat bagi generasi selanjutnya. Peristiwa itu juga dinilainya bisa meyakinkan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan ideologi paling tepat untuk mempersatukan bangsa.

"Pancasila adalah ideologi yang paling tepat untuk bangsa kita yang begitu majemuk yang begitu unik karena kita yakini itu yang akan mempersatukan bangsa kita," sambung dia.

Agus juga memandang sejarah G30S/PKI masih sangat relevan bagi bangsa Indonesia. Ia pun mengingatkan jangan sampai generasi selanjutnya tidak ingat lagi hari kesaktian Pancasila.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Komunisme Tidak Bisa Diterima

Adapun terkait ideologi komunisme, menurutnya, juga sudah tidak lagi bisa diterima oleh masyarakat Indonesia saat ini.

"Pencerahan-pencerahan (bahaya komunisme) berdasarkan fakta yang benar dan sejarah yang tidak diplesetkan atau dimodifikasi, harus terus dilakukan (pencerahan) sampai kapanpun," tuturnya.

Soal kontroversi rencana pemutaran film G30S/PKI, Agus menilai bangsa Indonesia harus segera menatap masa depan tanpa melupakan masa lalu. Menurutnya yang terpenting adalah cara berpikir atau mind set bangsa Indonesia dalam menyikapi sejarah di masa lalu.

"Permasalahannya bukan pantas, boleh atau harus atau tidak diputarkan kembali film tersebut tapi bagaimana mindset kita sebagai bangsa menyikapi sejarahnya sendiri," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya