Keceriaan Bocah Pengungsi Gunung Agung Belajar di GOR Swecapura

Setelah kumpul, anak-anak pengungsi Gunung Agung yang mengenakan kaus bertuliskan Paud Anak Tanggap itu diminta berbaris.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 28 Sep 2017, 09:50 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2017, 09:50 WIB
Gunung Agung
Bocah-bocah pengungsi Gunung Agung ceria saat mengikuti kegiatan belajar di TK. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Bali - Kepedulian terhadap para pengungsi terdampak Gunung Agung berstatus Awas di Bali terus mengalir. Salah satunya terhadap pendidikan dan penanganan psikologis para anak. Relawan pun menyelenggarakan Taman Kanak-Kanak (TK).

Pantauan Liputan6.com, Kamis (28/9/2017), para bocah sekitar usia di bawah lima tahun antusias mengenakan seragam sekolah berwarna hijau. Mereka mengikuti pembelajaran TK yang dimulai pukul 08.00 Wita.

Lagu dengan judul "Baby Shark" yang diputar seakan menjadi alat pemanggil mereka untuk belajar bersama. Kegiatan sendiri diselenggarakan di pintu kiri GOR Swecapura, Karangasem, Bali.

Setelah berkumpul, anak-anak yang mengenakan kaus bertuliskan Paud Anak Tanggap itu diminta berbaris dengan merentangkan tangan sebagai pengukur jarak. Agenda pertama adalah senam.

Usai senam pagi, para bocah diminta bernyanyi bersama. Percakapan unik pun muncul yang diduga memang efek dari kondisi dan situasi sekitar, khususnya ancaman erupsi Gunung Agung.

"Kita mau nyanyi balonku. Yang meletus apa?" kata si ibu guru.

"Gunung," jawab beberapa anak yang disambut senyum ibu guru dan orangtua yang mendampingi.

 

Tak Ada Raut Kecemasan

Kegiatan lainnya adalah adu tangkas mengoper bola, membuat karya seni dari lilin, dan meronce. Raut wajah peserta didik tampak jauh dari kecemasan. Semua saling berkenalan melalui panggilan absen dengan banyak tertawa dan bercanda.

Ketua Ikatan Guru TK Indonesia PGRI, Agung menyampaikan, setiap harinya memang kegiatan selalu dimulai sekitar pukul 08.00 Wita.

"Kita bergantian setiap harinya mengajar sampai makan siang bersama nanti. Kemudian ada mendongeng," tutur Agung saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi, Kamis (28/9/2017).

Ada empat orang guru perempuan yang siap menangani sekitar 40 anak balita pengungsi Gunung Agung setiap harinya. Sementara untuk hari ini, terhitung ada 24 anak yang hadir dalam pembelajaran.

"Ini sudah dimulai sejak hari Senin, 25 September kemarin," ujar Agung.

Saksikan tayangan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya