2 Minggu Status Awas Gunung Agung Belum Dicabut, Ini Alasannya

Kepala Bidang Mitigasi Gunung api Gede Suantika memaparkan indikator-indikator untuk menentukan status Gunung Agung.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 06 Okt 2017, 14:13 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2017, 14:13 WIB
Peringatan radius bahaya ancaman Gunung Agung. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)
Peringatan radius bahaya ancaman Gunung Agung. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Denpasar - Gunung Agung di Bali berstatus Awas sejak dua pekan lalu. Tiga hari belakangan aktivitas gempa menurun. Namun, pemerintah belum menurunkan status Gunung Agung.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung api Gede Suantika menjelaskan, status Awas belum dicabut dengan mempertimbangkan dari merujuk sejumlah data.

"Data kegempaan, kemudian data visual, data deformasi, dan lainnya. Pengukuran gas menunjukkan memang gas ya yang kita ukur itu gas plume di kawah itu," tutur Gede di Pos Pengamatan Gunung Agung, Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (6/10/2017).

Gede membenarkan aktivitas kegempaan mulai menurun. Namun, berdasarkan pengamatan, intensitasnya masih tergolong tinggi.

"Jadi gempa vulkanik dalam dan dangkal yang sekarang memegang peranan masih cukup banyak jumlahnya. Jadi, kita lihat di sini masih diukur 500 (kali) ya. Ini masuk fase kritis," jelas dia.

Adapun soal gempa yang berkurang, lanjut dia, diduga akibat kondisi bawah Gunung Agung yang sedang kembali mengumpulkan energi untuk menekan ke atas.

Petugas Pos Pemantauan Gunung Agung juga masih berusaha mengukur tingkat kadar gas yang ada di kawah gunung.

"Rupanya belum bisa diukur karena emisinya masih kecil. Kandungan konsentrasi ini masih kecil sekali dan jaraknya cukup jauh dari tempat pengukuran," ujar Gede.

Siapkan Pekerjaan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya menyediakan mata pecaharian para pengungsi Gunung Agung, Bali. Hal ini untuk meminimalisasi kejenuhan mereka selama di pos pengungsian.

"Bagaimana dengan masyarakat yang kehilangan mata pencaharian? Kami pikirkan apa yang terbaik untuk masyarakat yang tidak bisa kerja," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei di Pos Komando Penanganan Darurat Gunung Agung di Karangasem, Jumat (6/10/2017), dilansir Antara.

Menurut Willem, selama berada di lokasi pengungsian, otomatis para pengungsi kehilangan mata pencaharian. Mengurangi kejenuhan pengungsi di lokasi pengungsian merupakan salah satu hal yang kini diupayakan BNPB.

Bekerja sama dengan Kementerian Sosial, para pengungsi juga diberikan layanan psikososial kepada anak-anak, ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas.

Para relawan, baik dari pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, juga memberikan hiburan kepada para pengungsi Gunung Agung, khususnya anak-anak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya