Cemasnya Ayah Korban Kebakaran Pabrik Mercon Tangerang

Dia berharap, pihak rumah sakit dapat mengidentifikasi putranya bila memang menjadi korban kebakaran. Dia mengaku pasrah dan berserah.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 27 Okt 2017, 16:28 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 16:28 WIB
Pabrik Kembang Api di Tangerang
Keluarga korban tewas dalam kebakaran pabrik kembang api di Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten pada Kamis (26/10/2017), menunggu di sekitar Posko Ante Mortem RS Polri Sukanto Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (27/10). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah orang terus mendatangi Posko Antemortem korban ledakan dan kebakaran gudang kembang api PT Panca Buana Cahaya di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Kedatangan mereka guna mencari informasi keluarganya yang diduga menjadi korban kebakaran.

Salah satunya, seorang pria bernama Ano (49), yang mencari putranya Gugun Gunawan (17). Sang anak bekerja di pabrik yang terbakar pada Kamis 26 Oktober 2017 itu.

"Saya datang ke sini mau cari tahu informasi anak saya. Saya belum dapat kabar, sudah saya telepon dari kemarin enggak aktif ponselnya. Dia bekerja di pabrik, makanya saya datang ke sini," ujar Ano di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (27/10/2017).

Wajah Ano terlihat cemas mencari informasi keberadaan putra keenamnya tersebut. Putranya, sudah empat bulan bekerja di pabrik tersebut.

"Saya tahunya dia bekerja sudah empat bulan di pabrik. Saya punya delapan anak. Gugun ini anak keenam," ucap dia.

Dia mengatakan telah memberikan identitas kartu keluarga kepada petugas posko pengaduan rumah sakit. Ciri-ciri sang putra juga sudah disampaikan.

"Ciri-ciri putra saya kulitnya putih sama rambutnya kriting pendek," kata pria ini.

Ano mengatakan, dia hanya mengetahui jika anaknya ingin bekerja di sebuah pabrik di daerah Tangerang. 

"Kami masih disuruh menunggu. Belum tahu sampai kapan, yang penting petugas sudah memiliki data anak saya," tutur dia.

Dia berharap, pihak rumah sakit dapat mengidentifikasi putranya bila memang menjadi korban kebakaran. Dia mengaku pasrah dan berserah kepada Allah SWT.

Ano merupakan warga Desa Batu Layang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pria yang memiliki delapan anak ini mengetahui informasi kebakaran pabrik kembang api dari kepala desa tempatnya tinggal.

"Saya dapat kabar itu dari Pak Kades tempat saya tinggal. Saya didampingi sama Pak Kades," jelas dia.

Sementara itu, Kepala Desa atau Kades Batu Layang yang mendampingi Ano, Beben, mengatakan ada 12 orang dari kampungnya menjadi korban.

"Yang 12 tuh satu kampung. Yang sudah ketemu 7," kata Beben.

Dia mengatakan, salah satu anak angkatnya juga menjadi korban ledakan pabrik kembang api, yaitu Darwin Pratama. Darwin mengalami luka ringan. Info kebakaran juga diperoleh dari anak angkatnya itu.

"Kemarin kebetulan ingin kopi, katanya siang-siang setelah itu keluar pas mau balik lagi ada ledakan," jelas Beben.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

47 Kantong Jenazah

Ledakan dan kebakaran terjadi di gudang sekaligus pabrik kembang api milik PT Panca Buana Cahaya di Jalan Salembaran Jati, Desa Cengklong, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang pada Kamis 26 Oktober 2017 pukul 09.30 WIB.

Para pekerja yang tengah beraktivitas di pabrik tak sempat menyelamatkan diri. Banyak korban yang ditemukan tewas diduga karena tak mampu menyelamatkan diri.

Sebanyak 47 kantong jenazah korban ledakan gudang kembang api tiba di RS Polri, Kamis, 26 Oktober 2017 malam.

Kepala Bidang Pelayanan Dokpol RS Polri Kombes Pol Sumirat mengatakan, 47 kantong jenazah yang diterima RS Polri belum bisa dipastikan berisi 47 jenazah.

"Jumlahnya untuk sekarang terdapat 47 kantong jenazah, bukan jenazah. Karena itu merupakan potongan bagian tubuh saja, jadi belum bisa dipastikan ada berapa korban," ujar Sumirat di RS Polri Jakarta, Jumat (27/10/2017).

Ia berharap keluarga korban mengecek ke rumah sakit tempat para korban dirawat sebelum datang ke RS Polri. Keluarga bisa melaporkan bila sudah memastikan kerabatnya tidak dirawat di rumah sakit.

"Keluarga korban harus menyiapkan data seperti KTP, foto, dan ciri-ciri khusus agar mempermudah identifikasi. Kebiasaan korban seperti menggunakan aksesori, sidik jari, dan lainnya juga harus disebutkan," ujar Sumirat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya