Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman. Hasilnya adalah, Raja Abdullah meminta pemerintahannya untuk belajar penanggulangan terorisme dari Indonesia.
"Mendagri dan Kepala Badan Intelijen (Yordania) diminta untuk dapat mendengarkan langkah-langkah Indonesia dalam counter terrorism, utamanya soft approach yang dilakukan BNPT," kata Suhardi Alius kepada Liputan6.com, Minggu (5/11/2017).
Yordania dan Indonesia akan membuat nota kesepahaman atau MoU untuk bekerja sama dalam penanggulangan terorisme. Nota kesepahaman, kata Suhardi, saat ini tengah dirancang kedua negara.
Advertisement
"Sedang kedua belah pihak buat konsep. Nanti didiskusikan di Kemenlu, baru ditentukan poin-poin yang perlu kita angkat dan tentukan waktunya," ujar Suhardi.
Sementara itu, dikutip dari media pemerintah Yordania, Petra News Agency, pertemuan BNPT dengan Raja Abdullah itu membahas, "Peningkatan kerja sama antara Yordania dan Indonesia, dalam isu keamanan. Serta upaya regional dan internasional kedua negara yang berkaitan dengan perang melawan terorisme dengan strategi holistik."
Seperti dikutip dari laman BNPT, selain bertemu dengan Raja Abdullah II, Suhardi Alius bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Yordania dan menghadiri Aqoba Process Meeting, konferensi yang dihadiri berbagai peserta dari berbagai negara untuk membahas berbagai upaya menghadapi radikalisme di kawasan Asia Tenggara.
Diacungi Jempol
Penanganan teror di Indonesia di mata internasional cukup diacungi jempol. Indonesia menerapkan pola penegakan hukum dan bukan perang militer dalam pemberantasan terorisme.
Selain penegakan hukum, Indonesia juga dikenal dengan program deradikalisasi para teroris. Program ini intinya mengembalikan para teroris ke tengah masyarakat dan menghapus stigma teroris kepada para mantan dan keluarga teroris.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement