Cerita Prajurit TNI Saat Detik-Detik Pembebasan Sandera di Papua

Medan dengan kontur wilayah pegunungan menjadi tantangan terberat dalam operasi senyap dalam membebaskan sandera di Papua.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 20 Nov 2017, 18:12 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2017, 18:12 WIB
Polisi Kuasai 2 Kampung yang Sempat Disandera Kelompok Bersenjata
Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Ammar mengungkapkan ada warga kampung yang disandera kelompok bersenjata tak mau dievakuasi. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Dentuman mortir memecah kesunyian pagi di Tembagapura, Papua. Jumat 17 November 2017, pukul 06.00 WIB, menjadi hari bersejarah bagi Lettu Inf Sukma Putra Aditya selaku Danunit 2 Bakduk 812 Sat-81 Kopassus.

Bersama 63 prajurit terpilih TNI Angkatan Darat (AD) lainnya, Lettu Inf Sukma menyergap Kampung Kimbeli dalam operasi pembebasan sandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Tanpa persiapan, kelompok kriminal itu langsung memberondong tembakan ke arah para prajurit TNI. Tembakan itu disambut TNI dengan memberondongkan peluru ke arah kelompok kriminal bersenjata. Mereka lari kocar-kacir menyelamatkan diri dengan berbaur dalam masyarakat dan sebagian lainnya lari ke hutan dan masuk wilayah pegunungan.

"Kami harus hati-hati agar tidak salah tembak," kata Lettu Inf Sukma saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu 19 November 2017.

Medan dengan kontur wilayah pegunungan menjadi tantangan terberat dalam operasi senyap ini. Bergerak mengintai sejak malam hari, di tengah belantara hutan, membuat setiap pasukan TNI wajib awas dengan jurang yang mengancam.

"Risiko masuk jurang sangat besar, medan kami sangat terjal, licin, hujan, kabut dan sangat dingin," ungkap dia menceritakan bagaimana kondisinya saat itu.

Hasil jerih payah Lettu Inf Sukma dan tim akhirnya terbayar sudah. Sebanyak 344 warga sipil, berhasil diselamatkan. Tidak adanya prajurit TNI AD menjadi korban, merupakan karunia terbesar dirasakan oleh Lettu Inf Sukma dan timnya.

"Puji syukur kami tidak ada yang jadi korban, fokus kami mengamankan sandera," jelas dia.

 

Operasi Pertama

Sebagai seorang yang diamanatkan menjadi komandan unit 2, perwira kopassus ini mengungkap betapa bersykurnya dia bisa berkontribusi dalam kesuksesan operasi ini.

"Ini operasi pertama saya, sebelumnya pernah terlibat di Papua New Guinea (PNG), tapi operasinya tidak jadi. Maka ini yang pertama," tutur dia bangga.

Menurut Sukma, keberhasilan operasi ini ada di tangan prajurit. Sebagai komandan, tugas utamanya adalah pergi dan kembali dalam keadaan selamat. Kondisi itu merupakan pencapaian sempurna dalam sebuah operasi.

"Tujuan kami hanya membawa anggota selamat, bawa pulang selamat, operasi kita berhasil, kami sudah dididik di akademi bahwa tugas perwira memang begitu," Sukma memungkasi.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya