Liputan6.com, Papua - Pasukan gabungan TNI-Polri berhasil memukul mundur Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang telah menyandera ratusan warga di Kimbeli dan Utikini, Tembagapura, Papua. Mereka juga mengevakuasi warga yang menjadi korban penyanderaan KKB tersebut.
Meski telah dievakuasi, rasa takut dan trauma para korban tidak hilang begitu saja. Kekejaman dan intimidasi yang dilakukan KKB selama berhari-hari masih membekas.
Baca Juga
Andri, salah satu korban, mengisahkan kondisi warga selama disandera KKB. Mereka dikumpulkan di dalam rumah atau kios yang ada di desa tersebut. Selanjutnya, barang berharga mereka dirampas.
Advertisement
"Suatu malam kita disuruh kumpul, baru HP (ponsel) diambil juga. Mereka juga paksa masuk ke kios-kios. Mereka paksa buka kios pakai kapak. Baru kita di dalam disuruh kumpul," ujar Andri kepada anggota Satgas Penanganan KKB, Papua, Minggu 19 November 2017.
Kelompok tersebut selalu menenteng senjata api dan senjata tajam selama menyandera warga. Selain merampas barang berharga, KKB Papua juga menjadikan warga sebagai tameng dari aparat.
"Mereka bawa senjata laras panjang, pistol, panah, kapak, sama parang. Kita dikumpulkan dan disuruh duduk di bawah," kata dia.
Kelompok tersebut tak segan-segan memukul warga yang tidak menuruti perintah mereka. Mereka beberapa kali menendang warga yang bergerak lambat saat dikumpulkan.
Bahkan, ada salah satu rekan Andri yang menjadi korban percobaan pemerkosaan oleh kelompok tersebut. Namun dengan berani, perempuan tersebut melawan meski harus menerima sejumlah pukulan.
"Mereka tendang kita yang lambat keluar dari kios. Parang ditaruh ke leher. Perempuan juga ada satu yang diancam akan diperkosa," kenang Andri.
Â
Cerita Prajurit TNI
Dentuman mortir memecah kesunyian pagi di Tembagapura, Papua. Jumat 17 November 2017, pukul 06.00 WIB, menjadi hari bersejarah bagi Lettu Inf Sukma Putra Aditya selaku Danunit 2 Bakduk 812 Sat-81 Kopassus.
Bersama 63 prajurit terpilih TNI Angkatan Darat (AD) lainnya, Lettu Inf Sukma menyergap Kampung Kimbeli dalam operasi pembebasan sandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Tanpa persiapan, kelompok kriminal itu langsung memberondong tembakan ke arah para prajurit TNI. Tembakan itu disambut TNI dengan memberondongkan peluru ke arah kelompok kriminal bersenjata, Mereka lari kocar-kacir menyelamatkan diri dengan berbaur di masyarakat dan sebagian lainnya lari ke hutan dan masuk wilayah pegunungan.
"Kami harus hati-hati agar tidak salah tembak," kata Lettu Inf Sukma saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu 19 November 2017.
Medan dengan kontur wilayah pegunungan menjadi tantangan terberat dalam operasi senyap ini. Bergerak mengintai sejak malam hari, di tengah belantara hutan, membuat setiap pasukan TNI wajib awas dengan jurang yang mengancam.
"Resiko masuk jurang sangat besar, medan kami sangat terjal, licin, hujan, kabut dan sangat dingin," ungkap dia menceritakan bagaimana kondisinya saat itu.
Hasil jerih payah Lettu Inf Sukma dan tim akhirnya terbayar sudah. Sebanyak 344 warga sipil, berhasil diselamatkan. Tidak adanya prajurit TNI AD menjadi korban merupakan karunia terbesar dirasakan oleh Lettu Inf Sukma dan timnya.
"Puji syukur kami tidak ada yang jadi korban, fokus kami mengamankan sandera," jelas dia.
Sebagai seorang yang diamanatkan menjadi komandan unit 2, perwira kopassus ini mengungkap betapa bersykurnya dia bisa berkontribusi dalam kesuksesan operasi ini.
"Ini operasi pertama saya, sebelumnya pernah terlibat di Papua New Guinea (PNG) tapi operasinya tidak jadi. Maka ini yang pertama," tutur dia bangga.
Menurut Sukma, keberhasilan operasi ini ada di tangan prajurit. Sebagai komandan, tugas utamanya adalah pergi dan kembali dalam keadaan selamat. Kondisi itu merupakan pencapaian sempurna dalam sebuah operasi.
"Tujuan kami hanya membawa anggota selamat, bawa pulang selamat, operasi kita berhasil, kami sudah dididik di akademi bahwa tugas perwira memang begitu," Sukma memungkasi.
Â
Saksikan vidio pilihan di bawah ini:
Advertisement