Liputan6.com, Jakarta - Penelitian dari Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Arya Fernandes menyatakan, isu agama di kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat (Jabar) 2018 tidak akan sekuat di DKI Jakarta. Meskipun Jabar merupakan representasi wajah politik nasional.
Kata dia, isu agama di Jabar lebih pada basis sektarian, seperti halnya perbedaan denominasi agama atau fraksi politik. Ibaratnya di agama Islam itu antardua organisasi yang berbeda.
Baca Juga
Hasil Quick Count Indikator Pilkada Jabar 100%: Acep-Gitalis 9,67%, Jeje-Ronal 9,10%, Syaikhu-Ilham 20,07%, Dedi-Erwan 61,16%
Pilkada Jabar, Dedy Mulyadi-Erwan Setiawan Unggul Telak di TPS Prabowo
Hasil Quick Count Indikator Pilkada Jabar 92%: Acep-Gitalis 10%, Jeje-Ronal 9,22%, Syaikhu-Ilham 20,20%, Dedi-Erwan 60,58%
"Saya melihat representasi wajah politik nasional bisa aja (terjadi). Tapi enggak sebesar di Jakarta, tantangan isu berbasis sektarian bisa dipotong," kata Arya saat acara diskusi di D Hotel, Jakarta Selatan, Senin (20/11/2017).
Advertisement
Dia menjelaskan, setiap wilayah di Jabar mempunyai ciri khas masing-masing. Untuk daerah Priangan memang memiliki basis Islam yang kuat. Namun berbeda halnya dengan wilayah di pantai utara seperti halnya Cirebon, Majalengka, ataupun Subang.
"Jadi kekhawatiran kontestasi berbasis agama mudah-mudahan enggak terjadi. Apalagi belum pernah partai berbasis agama menang di legislatif, sebelumnya itu Partai Golkar, Demokrat dan Partai," jelas dia.
Â
Harus Antisipasi
Sedangkan di lokasi yang sama, Perwakilan dari Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Kaka Suminta menyatakan hanya isu agama yang dapat menyatukan keberagaman di Ibu Kota.
Kendati begitu, kata dia, untuk Jabar akan lebih berdampak karena media sosial yang memberikan informasi atau berita yang tidak benar.
"Harus diantisipasi semua pihak, efek sosial media itu," kata Kaka.
Advertisement